Manusia diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda, dengan warna kulit yang beraneka macam seperti kulit dengan warna putih pucat, kulit warna putih, kulit coklat terang, atau bahkan kulit dengan warna coklat sangat tua. Selain itu manusia juga diciptakan dengan bentuk tubuh yang tak kalah beragam, ada yang memiliki tubuh tinggi dengan lengan dan kaki yang panjang, ada pula postur tubuh pendek yang lebih cenderung menyimpan lemak, dan juga ada bentuk tubuh yang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan. Bukan hanya itu saja, manusia juga diberikan kemampuan yang tak semuanya sama, ada yang mahir dalam olahraga, pintar mengerjakan soal perhitungan, ahli gambar, atau bahkan fasih dalam berbahasa negara lain. Semuanya memiliki keunikannya masing-masing.
Akan tetapi terkadang pemikiran kuno bahwa cantik atau tampan harus berkulit putih dengan bentuk tubuh yang pas dan takaran pintar diukur berdasarkan nilai rapor membuat kita tanpa sadar mengubah apa yang ada di dalam diri kita dan terus mengikuti persepsi orang lain. Terus-menerus mengikuti standar kehidupan yang dibuat oleh manusia tidak akan pernah membuat kita merasa cukup, sehingga kita selalu berusaha untuk dapat memenuhi standar tersebut agar mendapat penilaian yang 'sama'. Alih-alih lebih kompeten dalam mengasah minat dan bakat diri sendiri kita justru malah menimbulkan sifat kompetitif yang membuat kita menjadi selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Padahal berani tampil beda dengan menunjukkan bagaimana dirimu bukanlah sesuatu yang salah. Tidak memiliki kulit putih atau bertubuh tinggi dengan lengan dan kaki yang panjang bukan berarti kamu tidak layak untuk dicintai, tidak fasih dalam berbahasa negara lain bukan berarti kamu tidak memiliki bakat. Jangan sampai kita hanya berfokus pada kekurangan yang sebenarnya tidak terlalu prinsipil. Seperti seseorang yang minder dan menarik diri dari lingkungan sekitar hanya gara-gara badannya yang gemuk dan pendek atau karena ia tidak mahir berolahraga seperti teman-temannya.
Jika kita terjebak dalam pola pikir diatas, maka kita harus lebih berfokus pada kelebihan yang kita miliki dan perlu menanamkan pemahaman terhadap diri sendiri bahwa kita memiliki potensi yang perlu dikembangkan dan memiliki kelebihan yang bisa dibanggakan tanpa harus merasa sama. Membandingkan diri sendiri dengan opini-opini orang lain tidak membuat kita tahu siapa yang lebih bahagia atau tidak bahagia di antara keduanya. Hal tersebut tidak bisa kita jadikan acuan, setiap orang pasti punya versi terbaiknya masing-masing.
Kita tidak hidup dengan tujuan yang sama, jadi jangan melangkah kearah yang sama jika tidak ingin tersesat. Hanya menjadikan standar kehidupan orang lain sebagai satu-satunya patokan kesuksesan atau kebahagiaan malah bisa menyulitkan diri kita sendiri untuk bahagia. Ibarat mengendarai mobil, kita mengikuti jalan yang ditempuh oleh pengemudi lain. Ada tempat yang sebenarnya ingin kamu capai, tapi kamu malah mengikuti pengemudi lain yang berbeda arah. Akibatnya, kamu malah menjauh dari kebahagiaanmu sendiri. Padahal kamu selalu punya pilihan untuk menjalani hidup sesuai dengan pilihanmu sendiri.
Sebenarnya ada banyak potensi yang kita miliki, sayangnya karena kurangnya pemahaman dalam memahami diri sendiri membuat potensi yang kita miliki terus tersembunyi dan membuat kita akan lebih melihat pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh orang lain yang jelas berbeda dengan kemampuan yang kita miliki. Cara mengetahui potensi diri yang sesungguhnya bisa kita mulai dengan mengenali apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada diri sendiri, mengasah apa yang kita minati dan senangi tanpa memperdulikan pandangan orang lain, dan percaya pada diri sendiri, bahwa berbeda tidak mengurangi nilai kemampuan kita. Tuhan menciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing, yang akan lebih indah apabila kita menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas untuk diri sendiri.
Menjadi berbeda dengan penerimaan yang ikhlas akan membuat kita lebih mudah untuk memahami diri sendiri. Dari pada mencoba menjadi sama seperti standar diri orang lain yang ketika kita tidak dapat memenuhi kriteria tersebut kita mendapat label tidak layak, tidak cukup, tidak berhasil dan tidak-tidak lainnya yang akhirnya membuat kita tidak menerima diri sendiri. Pada dasarnya kita tidak akan bisa menjadi manusia yang sempurna terlebih selalu ingin mendapat penilaian yang sama seperti orang lain. Menjadi berbeda bukan berarti kamu buruk, menerima semua kekurangan maupun kelebihan diri sendiri adalah cara mencintai diri sendiri yang sesungguhnya. Jangan jadikan takaran kesuksesan orang lain sebagai takaran kesuksesan kamu dan tujuan kita bukan menjadi lebih baik dari orang lain, melainkan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H