Beberapa waktu lalu saya meluangkan waktu sebentar untuk mengunjungi Batam, tidak lama hanya dua-tiga hari saja. Batam di mata saya dikatakan sebagai salah satu area bebas dengan perkembangan kota yang cepat. Dulu dikatakan bahwa Batam dikonsepkan untuk head to head dengan Singapura, agar Indonesia mampu merebut supremasi Singapura di celah sempit perarian Selat Malaka.
Dahulu Pemerintah Indonesia membangun unit Otorita Batam di tahun 70-an. Unit ini bertugas untuk melakukan pengembangan dan mengendalikan pembangunan Pulau Batam. Dalam hal ini Batam diistimewakan oleh Pemerintah. Jika konsep tersebut berjalan dengan benar maka Pembangunan Batam akan terstruktur dan berkelanjutan.
Saya tiba di Bandara Hang Nadim Batam dengan pesawat dari maskapai Citilink. Penerbangan dari Jakarta berlangsung mulus, pun begitu saat mendarat. Saya tidak merasakan apapun yang mengganjal selama penerbangan, kru kabin yang ramah dan responsif, serta pilot yang menerbangkan pesawat dengan begitu baik. Untuk rute Jakarta – Batam saya kira Citilink bisa jadi pilihan terbaik dengan harga tiket yang tidak memberatkan kantong para pejalan berbudget rendah.
Dari Bandara saya menggunakan mobil sewaan dan langsung menuju arah kota Batam. Jalanannya mulus, dua jalur dan empat lajur dengan pembatas di bagian tengah. Bandara terletak di pinggiran kota, di sekitar bandara sepi, mungkin masih daerah pengembangan. Jalur menuju kota pun cukup lancar, hampir nir kemacetan.
Beberapa daerah masih lengang, sangat lengang bahkan. Hanya semacam perkebunan di kanan – kiri, tapi maju sedikit bisa saja bertemu kawasan residensial mewah atau industri. Daerah Pusat Kota ramai sekali, aktivitas seolah tak berhenti siang-malam. Pusat-pusat bisnis bertumbuh cepat seiring aktivitas perekonomian yang menanjak ke atas. Saya lihat juga ada banyak sekali hotel-hotel baru yang dibangun. Arus orang-orang baik wisata maupun urusan bisnis ke Batam memang meningkat.
Kontur Kota Batam sedikit berbukit-bukit. Mobilitas masyarakat banyak menggunakan mobil dan/atau sepeda motor. Koneksi antar pulau juga mudah dengan beberapa opsi pelabuhan. Kapal-kapal antar pulau juga ada hampir tiap jam, terutama ke pulau-pulau terdekat. Pelabuhan menjadi tempat yang ramai, hiruk pikuk. Jika ingin menyeberang ke pulau lain misalnya tidak usah bingung, penjual tiket di pelabuhan akan ribut menawari penumpang.
Sebagai pulau yang diharapkan sebagai penyeimbang Singapura, akses ke negara tetangga tersebut juga mudah. Dilayani dari Pelabuhan Batam Centre nan megah, kapal-kapal cepat ke Singapura tersedia banyak opsi. Pun ke Johor Bahru, Malaysia juga bisa melewati pelabuhan ini. Batam cukup populer bagi orang Singapura atau Malaysia, menurut warga setempat karena harga di Batam lebih murah daripada di dua negara tadi maka orang-orang Singapura atau Malaysia justru sering belanja kebutuhan pokok di Batam, untuk dibawa kembali ke negara mereka.
Batam adalah kota multikultur, di mana banyak pendatang yang lantas hidup bersisian dengan warga lokal. Warga-warga lokal biasanya adalah orang-orang Melayu Kepulauan. Menurut sejarah Batam memang penuh gilang-gilang kebesaran Bangsa Melayu, itulah mengapa kegemilangan Bangsa Melayu di Batam dihargai begitu tinggi. Hang Nadim yang merupakan pahlawan orang Melayu di Kepulauan Riau saat melawan Portugis lantas diabadikan menjadi nama Bandar Udara Internasional di Batam, bandara yang saya darati setiba di Batam dari Jakarta.
Di era modern lantas muncul perpindahan penduduk yang cukup masif ke Batam. Orang-orang Sumatera Daratan yang mayoritas dari Padang dan Sumatera Utara, lantas orang-orang Jawa dan sebelumnya ada orang-orang Tionghoa berbondong-bondong pindah ke Batam. Inilah yang membuat Batam sangat kaya dari kultur.