Lihat ke Halaman Asli

faras ammara

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendekatan Dakwah Rasulullah: Kiat Sukses Dakwah Nabi

Diperbarui: 18 Juni 2024   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Syamsul Yakin dan Faras Nasywa Ammara

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Nabi Muhammad SAW berdakwah selama sekitar 23 tahun, dengan 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Di Mekah, dakwah beliau ditujukan kepada masyarakat umum dengan seruan "Yaa Ayyuhan Naas," sementara di Madinah berubah menjadi "Yaa Ayyuhal Ladzina Aamanuu" yang ditujukan kepada orang beriman. Ini menunjukkan strategi dakwah Nabi yang mengikuti pedoman Al-Qur'an.

Di Mekah, pesan dakwah lebih banyak tentang akidah atau tauhid, mengajak masyarakat meninggalkan politeisme dan paganisme menuju keesaan Allah. Akidah dianggap sebagai fondasi dalam keimanan, sedangkan syariah dan akhlak adalah dinding dan gentengnya.

Di Madinah, dakwah mencakup akidah, syariah, dan akhlak karena dasar keimanan masyarakat sudah kuat. Perintah puasa dan zakat diberikan pada tahun kedua hijriyah, sedangkan haji pertama kali dilakukan pada tahun kesembilan hijriyah. Perintah shalat turun pada tahun kesepuluh kenabian di Mekah, sebelum hijrah ke Madinah. Semua perintah ini adalah bagian dari strategi dakwah yang diatur oleh Allah.

Tahapan dakwah dimulai dengan dakwah sembunyi-sembunyi di Mekah hingga akhirnya diperintahkan secara terbuka. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi pertama-tama membangun Masjid Quba pada tahun pertama hijriyah (622 M). Selanjutnya, beliau membuat perjanjian dengan orang Yahudi di Madinah dan mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar, dua komunitas penting dalam dakwah. Taktik terakhir adalah membangun pasar untuk mendukung ekonomi, memanfaatkan keahlian kaum Muhajirin dalam berdagang dan kaum Anshar dalam bercocok tanam.

Kiat dakwah Nabi tercermin dalam sifat beliau: sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tablig (menyampaikan). Nabi berdakwah dengan kejujuran, menjaga amanah Allah, memberikan pemahaman tentang akidah dan syariah, serta melakukannya dengan kecerdasan.

Secara keseluruhan, kiat dakwah Nabi Muhammad berasal dari dua sumber utama: perintah langsung dari Allah melalui Al-Qur'an dan inisiatif Nabi yang selalu dibimbing oleh wahyu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline