Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan Studi Lapang Universitas Muhammadiyah Jember dan BPP Arjasa ke Petani Okra di Desa Sukojember

Diperbarui: 4 Juni 2024   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

JEMBER - Program studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Jember bekerja sama dengan BPP Arjasa melakukan kunjungan ke kelompok petani di Kecamatan Jelbuk desa Sukojember dengan mengadakan studi lapang yang menarik mengenai tanaman okra. Selama studi lapang, mahasiswa melakukan survei ke lokasi pertanaman okra di Kecamatan Jelbuk. 

Mereka mengamati secara langsung kondisi pertumbuhan tanaman, teknik pemeliharaan yang digunakan oleh petani, serta interaksi antara petani tanaman okra. Melalui studi lapang ini, ditemukan bahwa tanaman okra memiliki potensi pengembangan yang besar di Kecamatan Jelbuk. 

Kondisi tanah yang cocok dan iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman okra menjadi modal utama bagi pengembangan lebih lanjut. Dengan penerapan praktik pertanian yang tepat, tanaman okra dapat menjadi salah satu komoditas unggulan yang memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani dan masyarakat sekitar.

Dalam wawancara eksklusif Ahmad Taufik selaku ketua kelompok tani di desa Sukojember mengatakan jika budidaya tanaman okra menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jagung dan juga rata-rata petani di desa Sukojember beralih ke tanaman okra. 

Hal ini menunjukkan potensi besar dari tanaman okra sebagai pilihan budidaya yang menguntungkan. Dengan pemanenan yang dilakukan setiap 2 hari sekali dan hasil panen yang stabil sebesar 54 kg, petani di Desa Sukojember merasakan manfaat ekonomi yang signifikan dari beralih ke tanaman okra. Selain itu, waktu panen yang relatif singkat antara 60-70 hari juga memungkinkan petani untuk mendapatkan hasil secara teratur dan meningkatkan arus kas mereka secara konsisten.

Beliau juga mampu mengoptimalkan keuntungan dari hasil panennya dengan mengubah harga jual berdasarkan panjang okra yakni dengan panjang 9 cm ke bawah seharga Rp9.000 per kilogram sedangkan panjang 9 cm ke atas seharga Rp3.000 per kilogram. Dengan perusahaan pembeli menanggung biaya transportasi, petani tidak hanya mendapatkan harga yang kompetitif tetapi juga mempermudah distribusi produk mereka ke pasar. 

Kelompok tani di Desa Sukojember dapat fokus pada penanaman dan pemeliharaan okra secara optimal, sementara perusahaan pembeli bertanggung jawab atas pemasaran dan distribusi produk. Dengan kerja sama yang saling menguntungkan ini, kelompok tani dapat mempertahankan bisnis pertanian mereka dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan menjual hasil panen okra berkualitas tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline