Pendahuluan
Dalam masyarakat multikultural, yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, sering kali menghadapi tantangan dalam menciptakan keharmonisan sosial. Keberagaman tersebut menimbulkan berbagai perbedaan keyakinan, pendapat, dan kepentingan. Di Indonesia, keberagaman agama menjadi salah satu kekayaan yang seharusnya dijaga dengan saling menghormati dan memahami. Salah satu faktor penting dalam menjaga kedamaian dan kesatuan adalah sikap toleransi. Yakni, sikap menghargai atau menghormati pandangan bahkan kepercayaan orang lain yang bertentangan dengan diri kita sendiri. Di sisi lain, intoleransi juga dapat menjadi ancaman serius yang mampu memecah belah masyarakat. Intoleransi adalah sikap atau perilaku yang tidak dapat menerima atau menghargai perbedaan, baik itu dalam hal agama, budaya, pandangan politik, etnis, atau aspek lainnya. Salah satu cara untuk memperkuat nilai toleransi dalam kepercayaan/agama pada masyarakat yang berbeda-beda adalah melalui kegiatan antaragama seperti, podcast dialog antaragama. Podcast merupakan salah satu platform komunikasi yang sangat populer di era digital saat ini. Podcast membuka ruang terhadap berbagai isu untuk dibahas, termasuk topik-topik sensitif seperti agama. Podcast juga dapat mendorong pertanyaan dan komentar yang lebih interaktif dari pemirsa atau pendengar. Kegiatan dialog antaragama ini berfungsi sebagai medium yang dapat mempertemukan berbagai kelompok agama dengan latar belakang yang berbeda sehingga mendorong mereka untuk saling memahami dan menghargai perbedaan kepercayaan mereka masing-masing. Pembahasan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dialog antaragama dalam podcast dapat menjadi pemicu fenomena toleransi dan intoleransi dalam masyarakat multikultural serta menghubungkan fenomena tersebut dengan konsep-konsep dalam IPS, seperti interaksi sosial, norma, dan nilai-nilai sosial yang mempengaruhi pola hubungan antar kelompok dalam masyarakat.
Pembahasan
Fenomena toleransi dan intoleransi dalam Podcast dialog antaragama
Podcast dialog antaragama merupakan salah satu wadah untuk berinteraksi atau berdialog antar kelompok agama yang berbeda, serta untuk sarana mempromosikan sikap toleransi yang harus dimunculkan terhadap perbedaan.
- Toleransi dalam podcast dialog antaragama
Sikap toleransi antaragama sangat berkaitan dengan moderasi beragama. Menurut Kementrian Agama (2019) moderasi beragama adalah sikap yang mengedepankan pendekatan agama yang moderat, yaitu tidak ekstrem dalam menjalankan ajaran agama. Moderasi beragama menekankan pentingnya keseimbangan antara keyakinan dan sikap hidup sosial, yang tidak mengarah pada tindakan radikal atau fanatisme. Podcast antaragama sebenarnya bertujuan untuk menciptakan ruang dialog yang terbuka serta saling menghargai terhadap perbedaan. Pada podcast ini, para pembicara dari berbagai latar belakang agama dapat mengemukakan apa saja perbedaan-perbedaan yang ada dalam agama yang dianut dengan agama lain dengan tujuan untuk saling memahami, memperkenalkan keyakinan masing-masing, serta menghormati keyakinan orang lain.
Beberapa fenomena toleransi dalam podcast antaragama, diantaranya:
- Dialog yang seimbang : Dalam podcast, para pembicara biasanya diberikan kesempatan untuk menyampaikan seluruh pemikiran mereka tentang perbedaan agama-agama yang ada dengan agama yang dianut tanpa takut mendapat ancaman atau penghinaan dari pihak lain. Sehingga, para pendengar mampu merespon dengan baik serta menyimpulkan dan menghargai sudut pandang yang telah diutarakan terkait agama yang dipercayai si pembicara maupun perbandingannya dengan agama lain. Dengan dialog yang seimbang maka akan menciptakan dialog yang efektif serta dapat menumbuhkan kepercayaan atau keterbukaan dan sikap saling menerima (Lompoliu dkk, 2015).
- Penghormatan terhadap Keberagaman : Salah satu ciri penting dari toleransi dalam podcast adalah sikap menghargai terhadap keberagaman. Yakni, dengan mengedepankan dialog yang konstruktif sehingga dapat menunjukkan bahwa perbedaan agama bukanlah hal yang memisahkan, melainkan sesuatu yang dapat memperkaya kehidupan sosial. Melalui pembicaraan yang terbuka, pembicara harus mampu mengungkapkan bahwa perbedaan tidaklah menjadi masalah dalam kehidupan, namun seharusnya menjadi kekayaan yang patut dihormati. Sehingga dapat menarik respon yang baik dari pendengar maupun penyelenggara podcast.
- Intoleransi dalam podcast dialog antaragama
Sama halnya dengan platform lain, podcast juga dapat membawa resiko penyebaran sikap intoleransi jika tidak dikelola dengan baik. Menurut Halimah (2018:4), faktor-faktor yang menyebabkan munculnya sikap intoleransi antara lain adalah kepribadian, pengetahuan yang dogmatis, hubungan dengan kekuasaan, dan sikap fanatik. Fanatik ialah keyakinan yang berlebih dan antusiasme secara obsesif terhadap suatu hal dan menganggap bahwa apa yang ia yakini lebih unggul dari yang lainnya, sehingga muncul sifat fanatisme (Ardiansyah dkk, 2015). Ternyata tidak semua podcast dapat mempromosikan sikap toleransi. Terdapat beberapa podcast yang justru memicu timbulnya sikap intoleransi. Berikut hal-hal yang terjadi dalam podcast yang dapat memicu tembulnya sikap intoleransi antar umat beragama
- Pemaksaan Pandangan atau Ajaran Agama : Beberapa podcast mungkin mengedepankan pandangan atau ajaran agama tertentu secara dogmatis, dengan mencoba memaksakan pandangan mereka sebagai satu-satunya kebenaran. Hal ini bisa memicu ketegangan antar pemeluk agama yang berbeda, karena mereka merasa pandangan mereka tidak dihargai bahkan diabaikan.
- Pencampuran Agama dengan Politik atau Ideologi : Kadang-kadang, podcast antaragama mencampurkan isu agama dengan politik atau ideologi tertentu. Pencampuran agama dengan politik atau ideologi dapat memperburuk konflik sosial, memperlemah prinsip keberagaman, dan merusak kedamaian antar agama. Ketika agama digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik atau ideologi, maka dapat mengarah pada penyalahgunaan ajaran agama. Penyalahgunaan ini dapat merusak integritas agama itu sendiri. Oleh karenanya, penting untuk menjaga batas antara agama, politik, maupun ideologi agar ketiganya dapat berkembang secara sehat tanpa saling mendominasi atau menyingkirkan pihak lain.
- Penyebaran Stereotip dan Generalisasi Negatif : Dalam beberapa podcast antaragama penyebaran stereotip dan generalisasi kadang terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini terjadi sebab adanya kecenderungan untuk menggambarkan agama tertentu secara sepihak, berfokus pada kekurangan atau kesalahan yang dilakukan oleh pemeluk agama tersebut. Ketika podcast memperkuat stereotip dan generalisasi negatif, ruang untuk diskusi yang jujur dan terbuka menjadi terbatas. Pendengar atau pembicara lebih fokus pada perbedaan yang digambarkan secara negatif, daripada mencari kesamaan atau membahas topik secara konstruktif. Hal ini menghalangi terciptanya pemahaman yang lebih dalam dan saling menghormati antar individu atau kelompok yang berbeda.
Relevansi dengan IPS
Ditengah dinamika sosial masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman suku, agama, ras, golongan dan kebebasan berekspresi, manusia dapat hidup secara damai, saling menghormati, menghargai dan saling menerima kekurangan dengan cara menumbuhkan sikap toleransi (Tejokusumo, 2014:38). Pernyataan tersebut menujukkan bahwa sikap toleransi berhubungan dengan dinamika sosial masyarakat Indonesia yang dilandasi sikap saling memahami dan menghormati terhadap manusia lainnya tanpa melihat perbedaan status suku, agama, ras dan golongannya, maka toleransi akan menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Hubungan antara toleransi dan intoleransi dalam konteks podcast dialog antaragama sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), seperti interaksi sosial, norma, dan nilai-nilai sosial, yang masing-masing mempengaruhi pola hubungan antar kelompok dalam masyarakat. Interaksi sosial dalam podcast dialog antaragama mencerminkan bagaimana individu atau kelompok dari agama yang berbeda saling berkomunikasi dan membangun hubungan. Dalam bidang sosiologi dan psikologi sosial, dialog antaragama memiliki relevansi yang penting sebagai bentuk interaksi sosial yang sehat. Interaksi sosial semacam ini memungkinkan individu atau kelompok masyarakat untuk berkomunikasi secara terbuka, bertukar pandangan, dan memahami perbedaan yang ada di antara mereka. Melalui dialog yang konstruktif, masyarakat dapat belajar mengelola perbedaan secara positif, yaitu dengan menerima keberagaman sebagai hal yang wajar dan mencari solusi bersama untuk mengatasi terjadinya konflik. Proses ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial tetapi juga mendukung terciptanya keharmonisan sosial, karena setiap pihak merasa dihormati dan dihargai. Dengan demikian, dialog menjadi salah satu sarana penting dalam membangun keterikatan sosial dan memperkuat rasa solidaritas dalam masyarakat yang heterogen. Norma sosial yang berlaku dalam masyarakat juga memiliki peran penting dalam membentuk sikap pembicara maupun pendengar podcast. Norma yang mengedepankan sikap toleransi, akan menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya dialog yang damai antaragama. Namun, jika norma sosial yang berlaku di suatu komunitas mendukung sikap menutup diri atau merendahkan kelompok agama lain, maka intoleransi akan muncul dan memperburuk hubungan antar kelompok. Dalam konteks podcast, norma tersebut dapat tercermin dalam cara berbicara yang menyinggung, atau bahkan menggunakan kata-kata yang mengandung diskriminasi terhadap agama tertentu. Selain itu, nilai-nilai sosial yang diyakini oleh masyarakat juga mempengaruhi sikap toleransi atau intoleransi dalam podcast antaragama. Nilai sosial ini sering kali berfungsi sebagai pedoman dalam menilai apakah suatu tindakan dianggap baik atau buruk. Ketika masyarakat menjunjung tinggi nilai toleransi, maka podcast dapat menjadi media yang memperkenalkan dan memperkuat pandangan bahwa perbedaan agama bukanlah hal yang perlu ditakuti atau dibenci. Sebaliknya, jika nilai sosial yang berlaku justru mengutamakan kesamaan dan menilai kelompok agama lain sebagai agama yang salah atau inferior, intoleransi akan semakin menguat. Dalam podcast, nilai-nilai sosial ini dapat terlihat dari bagaimana pembicara/pendengar memandang dan memperlakukan agama lain apakah mereka membuka ruang untuk diskusi atau malah mempertegas batasan dan perbedaan yang ada.
KESIMPULAN
Podcast, sebagai salah satu bentuk media komunikasi modern, berpotensi menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat toleransi jika dikelola dengan baik dan sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik maka akan menumbuhkan sikap intoleransi antaragama, tergantung pada bagaimana topik yang dibahas dan bagaimana kelompok agama yang berbeda dalam menyikapinya, serta norma yang diterapkan dalam diskusi dan nilai-nilai sosial yang mendasari hubungan antar kelompok agama. Jika podcast memicu sikap intoleransi dan tidak memperhatikan prinsip-prinsip dasar penghargaan terhadap agama lain, maka potensi perpecahan dan ketegangan antar kelompok agama juga sangat besar. Oleh karena itu, dalam masyarakat multikultural penting rupanya memanfaatkan podcast ini dengan bijak untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya saling menghormati dan memahami perbedaan. Dengan memahami fenomena toleransi dan intoleransi dalam podcast dialog antaragama melalui perspektif IPS, kita dapat lebih siap untuk menghadapi tantangan sosial yang muncul.