Lihat ke Halaman Asli

Farah Rizky Farhanah

Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Gertakan Diplomatik Indonesia di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Diperbarui: 5 Juni 2023   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Presiden Jokowi saat KTT G20, 21 November 2020 (BPMI Setpres)

G20 atau Group of Twenty merupakan forum kerja sama multilateral yang mencakup 19 negara besar dan Uni Eropa dari kalangan menengah ke atas, negara berkembang hingga negara maju. KTT Presiden G20 telah memasuki pertemuan ke-17. Pada pertemuan ke-17 tersebut, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah KTT Presidensi G20.

Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022 mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang mengajak seluruh peserta untuk saling bahu membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan dalam menghadapi akibat dari dampak yang dirasakan masing-masing negara anggota G20 di masa pandemi Covid-19, khususnya tekanan yang dirasakan dalam hal ekonomi oleh masing-masing negara.

G20 bertujuan tidak hanya berdiskusi akan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, tetapi juga dalam hal pembangunan dan pemberdayaan. Seperti dalam beberapa implementasi yang telah dilakukan tidak diharuskan untuk selalu bersifat acara resmi internasional.

Hal ini tentu bukan menjadi suatu pengecualian dari masa Presidensi G20 Indonesia yang baru, dimana berbagai tantangan termasuk mengenai masalah geopolitik yang diperburuk oleh perang antara Ukraina dan Rusia, rendahnya tingkat partisipasi ekonomi Indonesia dengan negara-negara G20 lainnya, bahkan sampai pada tantangan energi terbarukan.

Implementasi pada KTT G20 termasuk cukup menantang dan masih mengalami kesulitan karena Indonesia yang memegang kedudukan Presidensi 2022 mempunyai peran penting yang juga diperlukan untuk mengubah diskusi atau menemukan celah dalam membahas resolusi konflik antara Rusia dan Ukraina ditengah konflik kedua negara tersebut.

Akan tetapi, hal tersebut dijadikan Indonesia sebagai salah satu kesempatan untuk menggertakkan upaya diplomasinya dengan menegaskan pengaruhnya dan menjadi fasilitator resolusi konflik untuk konflik Rusia-Ukraina.

Perkembangan konflik antara Ukraina dan Rusia yang diketahui publik tidak kian membaik telah menempatkan Presidensi G20 Indonesia berada pada masa-masa sulit.

Bahkan, pada tahun sebelumnya yaitu 2021, pemerintah Indonesia berupaya dengan telah menyiapkan rencana yang mempunyai titik fokus akurat pada pemulihan yang adil dan merata pasca terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Harapan Indonesia hal ini harus memberikan pengaruh positif untuk mendorong negara-negara lain sehingga lebih diterima dan menerima kehadiran Rusia di KTT G20 mendatang.

Seperti negara lainnya, Indonesia awalnya cukup khawatir dan tidak cukup yakin akan pertemuan KTT G20 tahun 2022 memiliki peluang besar dapat berhasil dan menganggap hal tersebut cukup mustahil dapat terjadi apabila diadakan di masa ketegangan geopolitik yang menempatkan keterlibatan banyak pihak negara lainnya dari negara-negara anggota G20.

Beberapa negara G20 menanggapi keinginan Indonesia untuk tetap menghadirkan Rusia di tengah pertemuan puncak Presidensi G20 Indonesia, dan hal tersebut telah mengundang banyak seruan dari negara-negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 dan tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Purin ke pertemuan puncak G20 yang diselenggarakan di Bali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline