Lihat ke Halaman Asli

Puasa Dapat Menjadi Media Konseling Traumatik bagi Muslim

Diperbarui: 8 Mei 2019   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu rukun Islam yaitu puasa. Puasa menurut bahasa artinya menahan. Sedangkan menurut istilah yaitu menahan diri dari makan minum dan hawa nafsu serta semua perkara yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar sidiq hingga tenggelamnya matahari. Pastinya sebagai seorang muslim harus mengerti rukun dan syarat  serta hal hal yang membatalkan puasa. 

Puasa diawali dengan niat pada malam harinya. Melakukan sahur hingga sebelum adzan Shubuh. Puasa bukan sekedar menahan diri dari makan minum dan hal-hal syahwat tetapi juga mengajarkan diri kita kesabaran. Puasa merupakan separuh kesabaran, dan kesabaran merupakan separuh dari iman.

Puasa pada dasarnya membersihkan jiwa kita, baik secara lahir dan batin. Menurut ahli kesehatan, puasa dapat menyehatkan sistem pencernaan, mengurangi gula, mencegah hipertensi, menjaga berat badan, menjaga fungsi ginjal, dan penawar sakit sendiri. Puasa juga merupakan proses detox. Ketika berpuasa, organ dalam tubuh istirahat sejenak dan sel sel dalam tubuh dapat bertahan hidup lebih lama.

Puasa secara batin yaitu menenangkan diri dan membersihkan hati. Sering kita memahami puasa hanya luar saja. Banyak hikmah dari puasa jika mengerti makna terdalamnya, khususnya di Bulan Ramadhan.

Beralih ke konseling traumatik. Yaitu kegiatan atau upaya konselor membantu klien dalam mengatasi trauma secara intensif. Konseling traumatik berbeda dengan konseling biasa pada umumnya. 

Konseling ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dan fokus terhadap klien hingga terjadi perubahan kembali ke kondisi awal atau menuju kondisi yang lebih positif. Dalam konseling traumatik seorang konselor menata jiwa kestabilan emosi klien hingga ia mampu menghadapi kenyataan hidup yang sulit.

Trauma yang kita kenal dapat disebabkan karena klien menghadapi sesuatu yang besar dan jiwanya sangat terbentur. Misalkan korban bencana alam, kecelakaan, saksi pembunuhan, dan melihat orang yang disayang meninggal secara tak wajar.

Konseling Traumatik tersebut bertahap, dimulai dengan pengumpulan data, menyiapkan strategi, pengenalan konselor terhadap klien, melakukan strategi dilapangan, dan evaluasi terhadap perkembangan klien. Strategi yang digunakan harus mampu menggerakan jiwa klien untuk melakukan hal yang positif dan mampu menghadapi kenyataan hidup.

Puasa dapat menjadi salah satu media atau strategi dalam konseling traumatik. Karena puasa menghubungkan diri kita terhadap Sang Pencipta dan mengembangkan jiwa sosial kita terhadap sesama manusia. 

Klien diminta untuk menjalankan puasa dengan ikhlas, melakukan hal-hal yang positif dan merasakan ketenangan jiwa yang didapat ketika berpuasa. Puasa sungguh mempunyai energi yang luar biasa dalam jiwa yang terdalam. Membantu klien menyadari kehidupan bukan berhenti sampai disini. Bukan hanya seputar ketakutan belaka tetapi harus berjalan dinamis dan lebih maju. 

Motivasi konselor ketika klien menjalan puasa dapat dilakukan lebih mudah. Termasuk motivasi hidup dan beragama. Tentang hidup dan mati. Tentang kekuatan jiwa yang mampu berkembang lebih baik. Memotivasi klien untuk melakukan hal positif seperti berbagi atau sedekah atau infaq dapat menengkan jiwa.

:)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline