Lihat ke Halaman Asli

farah putri

mahasiswa di unusa

Apa Sih Gunanya Mendaki?

Diperbarui: 7 November 2024   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mendaki merupakan hobi saya yang sudah saya jalani sejak lama. Saya sudah mendaki banyaknya gunung di jawa timur, tetapi bagi saya saya butuh lebih ekstra lagi untuk mendapatkan tenaga serta niat saya untuk explore lebih jauh di gunung-gunung seluruh Indonesia. Saya sudah mendaki penangungan ke 2 kalinya, Pundak ke 2 kalinya, bromo ke 2 kalinya, gunung puthuk siwur, gunung tanggung, gunung lorokan, gunung sarah klopo, dan terakhir ada bukit watu jengger. Saya selalu menjalni weekend saya dengan mendaki, karena mendaki merupakan suatu kepuasan, ketenangan, dan keseruan bagi saya untuk menghabiskan hari hari saya dengan bermanfaat. 

Alih-alih saya melakukan jogging dan olahraga renang serta olahraga lainnya, saya lebih memilih mendaki, mendaki memiliki manfaat yang begitu banyak, sangat Lelah tetapi senang. Hingga saya ada di titik tertinggi suatu gunung yang merupakan kepuasan serta kebanggan sendiri bagi saya, karena saya tidak pernah merasakan berada di atas gunung, selama ini saya hanya membayangkan bagaimana saya bisa mendaki gunung tersebut. Melihat dan melewati beberapa pegunungan saja sudah membuat saya merasa lebih sejuk, apalagi saya merasakan berada di atasnya dengan track dan perjalanan yang luar biasa. 

Awalnya saya hanya ingin mencoba-coba Ketika petama kali menaiki sebuah gunung, saya berpikir mendaki cara saya juga untuk bisa meraih bb goals saya, tetapi semakin saya merasakan beberapa gunung Bersama teman teman saya, membuat saya berubah niatan, yang awalnya sangat Lelah dan hanya mementingkan diri sendiri, sekarang jadi lebih tau ternyata yang say acari adalah keseruan juga di dalamnya. Bayangkan saja anda berada di suatu hutan, dan anda tidak mendapati sinyal di handphone anda, yang hanya kalian lakukan adalah friend time yaitu meluangkan waktu untuk teman anda, dan hanya bisa bersuka ria dan berbincang di dalamnya. 

Di samping itu juga saya sangat menikmat alam yang begitu sejuk dengan menghirup udara tanpa polusi di dalamnya, rasanya saya seperti ada di mimpi yang saya inginkan selama ini. Tidak hanya beberapa teman saya, bahkan banyak pendaki lainnya juga yang sangat peduli, suportif, dan juga humble terhadap saya. Mereka saling memberi semangat di jalan demi jalan, mereka memberikan makanan disaat kita kekurangan logistic, dan bahkan mereka membantu kita mengatasi hipo Ketika kita mengalaminya. Saya sangat salut sekali dengan orang orang di dalamnya. 

Tetapi semua itu juga tidak berlaku di setiap gunung yang saya daki, mungkin ilustrasi yang saya ketik tadi merupakan bagian dari beberapa pegunungan seperti, gunung penanggungan, gunung Pundak, puthuk siwur dan lain lain. Sangat berbeda sekali dengan gunung lorokan yang saya daki dengan ketinggian 1.100 mdpl, dan dengan estimasti hanya menghabiskan 30 menit untuk sampai ke puncaknya. Dan saya menemukan berbagai macam manusia sembrono di sana, mereka kurang respect, mereka sombong, dan bahkan ada beberapa dari mereka menyindir saya dengan rekan saya. Saya akui bahwa itu juga karena factor pendeknya gunung dan orang-orang yang baru memulai mendaki atau newbie, tetapi bagi saya itu bukan sebagai alasan klasik bahwa kita juga harus bisa menjunjung kemanusiaan dan kesopanan dimanapun kita berada. 

Dimana mereka juga membuang sampah sembarangan dan tidak menghargai warga local yang ada disana, karena mengingatnya gunung tersebut sangat dekat dengan rumah warga local. Berbeda dengan gunung penanggungan contohnya, tidak ada manusia sembrono di dalamnya, apalagi jika kita menerapkan hal tersebut di gunung arjuna, malahan sudah tidak terselamatkan nyawa orang itu. Hal tersebut menurut saya bukan untuk menakut-nakuti beberapa wisatawan di dalamnya, tetapi sebagai tanda bahwa kita juga harus turut serta dalam melestarikan alam yang ada Indonesia, menghormati leluhur yang ada, serta bisa menjaga sikap juga dimanapun kita berada. 

Kita tahu bahwa pandangan orang sangatlah takut bahwa mereka takut hilang, takut bertemu dengan yang tidak tidak dan lain lain. Saya pribadi meyakini bahwa arwah para leluhur kita ada dimanapun kita berada, semua tergantung kita yang bisa menjaga sikap dan tetap berani pada kodrat kita yang masih manusia. Maka dari itu, Ketika saya melakukan track di malam hari, saya pun merasa takut, tetapi Kembali lagi pada saya sendiri bahwa niat saya disini hanya untuk menikmati alam di dalamnya, tanpa niat buruk. Maka dibutuhkan juga bagi kita agar tidak memiliki niat buruk dan pikiran yang kosong. Sekian dari saya semoga hal ini menjadi artikel yang bermanfaat bagi pembaca-pembacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline