Lihat ke Halaman Asli

Farah Nur Faziah

Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia

Menilik Perbandingan Novel Sastra Serius dan Sastra Populer

Diperbarui: 2 Juli 2024   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Pixabay

Berdasarkan karakter dan cirinya, karya sastra dikategorikan dan berkembang menjadi dua, yaitu sastra serius atau sastra adiluhung dan sastra populer. 

Sastra serius merupakan karya sastra yang dianggap memiliki nilai artistik yang tinggi. Biasanya tentang cerminan mendalam kehidupan manusia yang mencakup berbagai kritik sosial yang ada dalam tulisannya. Jenis karya sastra ini sering dijadikan sebagai kajian pembelajaran dan memiliki tempat khusus di dunia sastra. Karena karyanya yang tidak lekang dimakan zaman. 

Seperti novel Siti Nurbaya karya Marah Roesli, yang merupakan salah satu contoh dari karya sastra serius. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta yang tragis antara Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Kisah cinta kedua sejoli ini ternyata tidak mudah karena harus dihalangi oleh perjodohan paksa dan kerakusan seorang rentenir yang bernama Datuk Maringgih. Dalam novel ini menyisipkan kritik sosial terhadap ketidakadilan dan penindasan khususnya yang dialami oleh kaum wanita. Marah Roesli menuliskan novel ini dengan bahasa yang formal dan puitis, sangat mencerminkan gaya penulisan klasik seperti bahasa Melayu.   

Sedangkan sastra populer sendiri merupakan kebalikan dari sastra serius. Sastra populer adalah jenis karya sastra yang bertujuan untuk memuaskan dan menghibur pembaca. Tema dari sastra populer biasanya berkutat tidak jauh dari perkembangan zaman dan sangat mengikuti tren yang ada. 

Contohnya pada novel Rumah Lebah karya Ruwi Meita, yang merupakan novel bergenre thriller psikologi, sesuai dengan isu tentang berbagai kesehatan mental yang kini sering dibicarakan di media sosial. Novel ini mengisahkan tentang misteri dibalik seorang ibu rumah tangga bernama Nawai, yang ternyata memiliki enam kepribadian yang berbeda. Jika dibandingkan dengan novel Siti Nurbaya, gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini lebih sederhana dan mudah untuk dipahami.   

Perbedaan antara dua novel ini juga dapat dilihat dari latarnya. Novel Siti Nurbaya ditulis sesuai pada masa dimana konteks sosialnya masih sangat terikat pada tradisi dan norma yang berlaku saat itu. Sedangkan novel Rumah Lebah menggunakan latar sosial yang lebih bebas sesuai dengan masa sekarang. Walau begitu, kedua tokoh wanita dalam novel Siti Nurbaya dan Rumah Lebah ini, sama-sama menunjukkan keberanian dan perjuangan keras dalam menghadapi tantangan di hidup mereka dengan latar sosial yang sesuai pada zamannya. 

Baik novel Siti Nurbaya sebagai karya sastra serius, maupun novel Rumah Lebah sebagai karya sastra populer, keduanya dapat memperkaya keragaman dunia sastra dengan caranya masing-masing. Sehingga mampu memberikan berbagai perspektif baru dan pengalaman membaca yang berharga bagi para penikmat sastra. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline