Lihat ke Halaman Asli

Muslimah Gaul dan Eksis, Namun Tetap Syar’i. Mungkinkah?

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14037894531378803394

[caption id="attachment_312907" align="alignnone" width="374" caption="Foto : rosda.co.id"][/caption]

Selain mempunyai kewajiban Hablumminaallah, yaitu hubungan dengan ALLAH SWT sebagai Tuhannya, manusia juga dituntut harus mampu untuk menjalankan Hablumminannas, sebuah kewajiban untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia agar bisa menjalani kehidupannya di dunia ini secara seimbang.

Tak terkecuali para muslimah, yang dalam keseharian menjalankan beragam perannya, sebagai istri, ibu, wanita karir dan kehidupan sosial lainnya. Hal ini memungkinkannya bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang. Namun, tak bisa dimungkiri, era modernisasi dan globalisasi seperti dewasa ini “memaksa” semua orang untuk bisa mengikuti perubahan setiap detiknya bila tidak ingin tergilas zaman, termasuk dalam interaksinya dengan orang lain. Belum lagi gempuran informasi yang bertubi-tubi dari seluruh penjuru dunia, dan dari berbagai media yang tidak semuanya memberikan dampak positif bahkan tak jarang “mengajak” ke arah kerusakan akhlak atas nama modernisasi.

Hal inilah yang kadangkala membuat sebagian muslimah yang tanpa sadar terseret arus sehingga terperosok ke gaya hidup yang tidak diridhoi ALLAH SWT. Demi sebuah eksistensi dan pengakuan dari lingkungan sosialnya, terkadang mampu menggerus kadar keimanan seseorang. Dari yang awalnya paham kalau sesuatu itu dilarang, lalu dengan pengaruh atau informasi dari luar, menjadi tidak apa-apa kalau sedikit, lalu benar-benar dilanggar. Hidup jadi semakin berorientasi pada kenikmatan duniawi ketika Al Qur’an dan Hadist yang seharusnya menjadi pegangan hidup, telah digantikan dengan referensi yang diklaim ciptaan manusia yang modern, sehingga bila ingin dianggap modern juga harus mau mengikutinya.

Tentu sebagai muslimah kita tidak bisa menghindari perkembangan zaman, lalu menutup diri dan hidup dalam “tempurung” agar aman dari serangan modernitas. Tapi, hendaknya kita tetap mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan ALLAH SWT dan RasulNya dalam menjalani hidup di duni agar tidak salah langkah dan merugi di akhirat nanti. Hal ini lah yang mendasari Indriya R. Dani, menetaskan sebuah karya bisa menambah referensi bagi muslimah untuk mampu mengikuti perkembangan zaman tapi tetap dalam koridor kehidupan yang Islami dan syar’i.

Dalam bukunya yang berjudul “Muslimah Cosmopolitan Lifestyle” tersebut, Indriya mengemas fiqih muslimah dalam konteks kehidupan di zaman kosmpolitan dan modern. Sehingga bisa digunakan sebagai panduan etiket yang lengkap bagi muslimah di mana pun berada agar mampu menjadi muslimah yang berwawasan global, mengikuti gaya hidup masa kini, namun tetap dengan cara dan gaya yang syar’i untuk mencapai ridho ALLAH SWT. Disini Indriya juga menekankan pentingnya seorang muslimah untuk mampu membawa diri dalam kehidupan sehari-hari, karir dan sosialnya, termasuk saat bertemu dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang beragam, misalnya dari agama dan etnis yang berbeda serta mempunyai kebiasaan lain agar dapat menghadapi semua itu dengan baik tanpa meninggalkan rambu-rambu syariah.

Tak hanya dalam hal adab bergaul, masalah penampilan pun menjadi bahasan dalam buku yang juga dilengkapi dengan fashion karya designer busana islami terkemuka, seperti Dian Pelangi, Monika Jufry, dan Rya Baraba. Karena sebagai muslimah yang aktif, tentu diperlukan busana yang cocok dalam setiap acara, yang bisa membuat pemakainya tampil modis dan trendi namun tetap syar’i atau sesuai syari’ah.

Mungkin kita bisa mengambil contoh dari Indari Mastuti, founder IIDN. Perempuan berjuta mimpi tersebut memilih hijab lebar sebagai fashion yang dikenakannya dalam menjalani segudang aktivitas. Bagi pendiri Sekolah Perempuan, Indscript Copywriting dan Indscript Personal Branding tersebut, pilihan fashionnya yang syar’i sama sekali tak menghalangi mobilitasnya, untuk terus bergerak, berkresi dan berprestasi. Indari pun tampak percaya diri, luwes dan sama sekali tak canggung dengan hijab lebarnya meski berinteraksi dengan begitu banyak orang dari beragam profesi dan latar belakang. Sejumlah nama public figure lain dengan hijab syar’i dan kesantunannya dalam bersosialisasi juga bisa menjadi rujukan dalam memilih busana dan menunjukkan eksistensi diri tanpa meninggalkan identitasnya sebagai muslimah yang tidak melanggar aturan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline