Lihat ke Halaman Asli

Farah Aliyah Syahidah

Long life learner

Tips Membuat Pondasi Rancangan Layanan Bimbingan Konseling Kurikulum Sekolah Penggerak Level SMA

Diperbarui: 30 Mei 2022   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamu'alaikum readers! Selamat malam, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu dalam lindungan-Nya dan sehat. Oke, di sela-sela kesibukan penulis, kelelahan penulis belakangan ini, penulis tidak bisa berhenti untuk memikirkan ide-ide yang membuat penulis resah jika tidak di eksekusi. Penulis bahkan berharap bertemu dengan pembaca setia tulisan-tulisan penulis untuk mendikusikan beberapa topik seperti psikologi pendidikan, bimbingan konseling, bisnis, kerelawanan, kepenulisan dan lainnya. Pasti ada banyak hal menarik yang bisa penulis ambil dari hasil diskusi kita karena kita memiliki cara pandang berbeda dan unik.

Malam ini, penulis lagi pengen banget (sebenarnya ini sudah lama) untuk sharing tentang pengalaman menulis dalam menulis modul BK kurikulum protorype. Sejujurnya, hal ini cukup memacu hormon dopamin penulis karena penulis senang membahas topik ini, meski pun penulis bukan expert di bidang ini, namun penulis merasa sangat tertantang untuk banyak belajar dan berdiskusi para senior di bidang ini karena tentu saja jam terbang penulis masih kurang.

Awalnya, penulis mendapat amanah dari sekolah untuk memegang kelas 10, dimana kelas 10 di sekolah penulis menggunakan kurikulum protorype, sejujurnya penulis awalnya tidak tahu sama sekali, penulis tidak memiliki bekal apapun selain nekad dan senang belajar. Setelah banyak mendapat arahan dari kepala sekolah kami (beliaulah kepala sekolah penggerak yang banyak memberikan arahan dan inspirasi), meski kami tentu masih tertatih-tatih, namun secara garis besar, penulis memahami bahwa inti dari kurikulum ini adalah pembelajaran berdiferensiasi.

Sejujurnya, penulis pun tidak pernah mendiskusikan ini secara pribadi dengan beliau, namun melalui diskusi para guru (terutama sesama BK), banyak masukan (general) dari pengawas sekolah dan kepala sekolah, penulis bersyukur setidaknya cara berpikir bapak Nadiem ini sudah pernah penulis renungkan semasa kuliah. Penulis memang banyak tertarik membaca buku-buku self improvement, mendengar podcast atau pidato pebisnis-pebisnis seperti pak Nadiem, Jeff Besos, Elon Musk dan lain-lain sejak kecil. Dari sana penulis mengambil kesimpulan (yang masih sangat minim) bahwa yang terpenting dari kurikulum ini adalah negara (kementrian) hanya memberikan rambu secara garis besar dan kita (guru) diminta untuk mengimplementasikan sesuai dengan kebutuhan siswa, SDA dan SDM sekolah. Sesederhana itu. Penulis menangkap konsep besar dari pembelajaran berdiferensiasi pondasinya adalah dimana kita sebagai guru perlu melakukan need assesment sebelum membuat rancangan pembelajaran (jika guru BK menjadi rancangan layanan) tiap minggu, bulan, semester dan tahun.

Pondasi awalnya adalah dimana setiap guru perlu melakukan asesmen ini yang penulis sering dengar seperti asesmen formatif dan sejenisnya (sejujurnya penulis bukan merupakan anggota guru penggerak karena memang penulis baru mengajar 8 bulan dan penulis belum bisa mendaftar menjadi guru penggerak). Namun, jika penulis melihat dari sudut pandang BK (setelah membaca buku panduan kurikulum PSP khusus BK, mendapat masukan dari koordinator BK, teman sejawat dan kepala sekolah), membaca beberapa jurnal inetrnasional, penulis akan memberikan beberapa tips untuk memulai langkah awal dalam mempersiapkan kurikulum protorype, kita perlu mendesain dan menguatkan pondasi, beberapa tips yang penulis dapatkan berdasarkan beberapa referensi di atas antara lain  :

  • Kita tentunya perlu banyak saling sharing satu sama lain sesama guru BK saling memberikan pengalaman dan masukan kurikulum lalu dan kurikulum sekarang
  • Membaca buku panduan yang sudah disiapkan kemendikbud
  • Berikut adalah kutipan dari modul kemendikbud :
  • Persiapan perancangan program
  • Melakukan analisis kebutuhan
  • Menentukan dasar rasional perencanaan layanan
  • Tahap Pernyusunan (Designing)
  • Merumuskan secara rasional
  • Merumuskan visi misi
  • Mengidentifikasi capaian layanan bimbingan konseling
  • Merumuskan tujuan layanan
  • Menentukan komponen program
  • Mengidentifikasi bidang layanan
  • Menyusun rancangan kegiatan
  • Mengembangkan program tema atau topik BK
  • Rencana evaluasi dan program tindak lanjut
  • Menyusun anggaran biaya

Nah, kalau kita berfikir secara idealis, tentu saja hal ini akan memakan waktu sangat lama untuk mencapai kesempurnaan, namun tentu saja seperti ujar Dr. Carol S. Dweck, Ph.D. dalam bukunya berjudul "Mindset" yang menjadi buku mega best seller dan terakhir terbit terbaru pada tahun 2017 memberikan pernyataan bahwa, sejatinya ketika kita ingin maju, ingin menjadi manusia yang lebih baik ke depannya dan memiliki growth mindset, kita diharapkan tidak mengejar kesempurnaan, namun mengejar kesempatan (tantangan) untuk terus belajar setiap harinya. Beliau juga memberikan contoh kisah Michael Jordan (seorang pebasket legend) yang karena permainannya sangat apik sering dipuji sebagai Tuhan, Dewa dan sejenisnya, namun dia menjawab "aku hanyalah manusia biasa seperti kalian". Maksudnya, kita diminta untuk terus belajar, dimana dengan mempraktikkan dan mengajarkan itulah ilmu itu akan semakin bermanfaat.

Jadi, dalam menyusun modul rancangan layanan ini jangan takut salah. Selama kita sebagai guru terus mau belajar, belajar dan mengajar dengan niat tulus, insyaAllah akan memberi manfaat pada siswa. Mari berani untuk mencoba, belajar membuat angket kebutuhan siswa (kalau di kurikulum 2013 mungkin diberi nama AUM), nah untuk kurikulum kali ini kita diminta untuk mengembangkan instrumen itu sendiri sesuai dengan budaya, kondisi sekolah kita. Dari sini kita bisa memacu kreativitas dengan berbagi sesama guru, membaca jurnal-jurnal penelitian yang sudah ada karena konseling sekolah di Amerika sudah sangat maju,  kita juga bisa mengambil contoh dari negara-negara lain yang telah mengembangkan keilmuwan ini yang kemudian kita kembangkan sesuai kebutuhan sekolah. Penulis berharap, dari sini kita bisa mendiskusikannya lebih lanjut dan bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline