Lihat ke Halaman Asli

Farah Aliyah Syahidah

Long life learner

Intimasi vs Isolasi

Diperbarui: 28 Agustus 2021   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu’alaikum, selamat malam, sobat. Hari ini penulis ingin membagikan sebuah kenangan yang baru saja penulis alami dan rasakan, tentu saja masih bertema fresh graduate. Masa-masa ini penulis sebenarnya banyak kehilangan relasi lama yang terbangun erat sedemikian rupa, banyak teman-teman yang mulai pulang ke kampung halaman, pandemi membuat perpisahan datang semakin cepat. Banyak pertemanan yang meski tidak di akhiri, tapi ucapan sampai jumpa perlu dikatakan secara prematur. 

Satu hari sebelumnya, penulis akhirnya memberanikan kembali ke kota rantau untuk melepas rindu pada idjen boulevard, patung-patung raksasa apel, bianglala raksasa, gedung-gedung tinggi pencakar langit serta dingin yang menggigit. Penulis kembali ke Malang untuk menemui orang-orang lama yang banyak menemani perjuangan penulis selama beberapa tahun merantau.

Di sini, kemudian penulis merasakan sebuah perasaan yang kosong sebelum perjumpaan bersama mereka, perasaaan terisolasi. Dimana dalam teori psikososial Erikson menjelaskan bahwa masa perkembangan usia 18 – 25 tahun adalah masa dewasa awal, dimana manusia pada masa ini mengalami fase intimasi vs isolasi yang berarti ketika manusia dewasa awal dapat mengembangkan kedekatan atau intimasi bersama orang terdekat mereka seperti caregiver, teman, pasangan dengan cara membangun hubungan, menyatukan identitas dirinya dengan lingkungannya tanpa merasa kehilangan jati dirinya. 

orang dewasa awal ini dapat menemukan diri mereka pada diri orang lain maka orang ini dapat dikatakan telah berhasil memasuki fase intimasi, sementara jika seseorang gagal dalam menjalin intimasi maka orang tersebut mengalami fase isolasi, dimana gagal dalam bergaul dengan orang lain dan hal ini banyak dipengaruhi pada fase remaja.

Dari pemahaman ini maka penulis mencoba untuk mulai membuka diri dan mengeksplor dunia, berbagi dan menjalin relasi yang dalam dengan orang-orang yang penulis percayai, saling berbagi, belajar dan bertumbuh. Dalam reuni satu hari yang lalu, penulis sangat bersyukur bertemu orang-orang yang selalu mendukung untuk bertumbuh, bukan hanya sekadar menghabiskan uang untuk bincang-bincang tidak penting atau nongkrong, tapi lebih dari itu, di akhir pertemuan kami selalu ada perbincangan projek bersama, dan hal ini membuat penulis mengalami kebermaknaan hidup serta pertemanan. 

Memang hampa rasanya usai menyandang gelar fresh graduate, tapi kehampaan itu jika kita berusaha mengatasinya, insyaAllah tetap akan terlalu dengan membentuk intimasi dengan orang yang tepat. Penulis tentu juga sangat bersyukur dapat membentuk intimasi bersama keluarga yang tidak banyak orang memiliki keberuntungan seperti penulis. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Tulisan ini ditulis 28 Agustus 2021, tepat satu hari sebelum pertemuan penting. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline