I. Penyakit Ginjal Kronis (PGK): Sebuah Isu Kesehatan Global yang Kompleks
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi yang ditandai dengan kerusakan ginjal progresif yang berlangsung selama setidaknya tiga bulan. PGK merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, yang mempengaruhi sekitar 10% populasi dewasa di dunia . Angka kematian akibat komplikasi PGK sangat tinggi, dengan jutaan orang meninggal setiap tahunnya . Di Indonesia, prevalensi PGK tercatat 0,5% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, dengan perempuan memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki[1][2] .
II. Faktor Risiko dan Patofisiologi PGK
PGK memiliki etiologi multifaktorial, dengan beberapa faktor risiko utama yang berkontribusi pada perkembangan penyakit ini:
- Diabetes Mellitus: Diabetes merupakan penyebab utama PGK, karena hiperglikemia menyebabkan kerusakan pada glomeruli dan tubuli ginjal.
- Hipertensi: Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja ginjal dan menyebabkan kerusakan vaskular, yang mengarah pada penurunan fungsi ginjal.
- Genetika: Beberapa kondisi genetik dapat meningkatkan kerentanan terhadap PGK.
- Obesitas: Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko PGK melalui berbagai mekanisme, termasuk resistensi insulin dan hipertensi.
- Gaya hidup yang tidak sehat: Konsumsi tinggi garam, protein, dan fosfor, serta kurangnya aktivitas fisik, dapat memperburuk fungsi ginjal.
Patofisiologi PGK melibatkan proses kompleks yang melibatkan kerusakan glomeruli, tubuli, dan interstisium ginjal. Proses ini dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), yang merupakan indikator utama fungsi ginjal. Kerusakan ginjal yang progresif dapat menyebabkan akumulasi produk sisa metabolisme dalam darah, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
III. Komplikasi PGK dan Pengelolaannya