Lihat ke Halaman Asli

Berkuliah Bukan di Kampus Impian, Apakah Menyesal?

Diperbarui: 22 Mei 2022   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sejak tahun pertama di SMA, saya sangat bertekad untuk mengambil program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Namun, saat itu saya masih sangat abu-abu dalam menentukan kampus mana yang akan saya tuju. 

Hingga, di detik-detik terakhir masa SMA saya akhirnya saya menjadikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, Bandung) untuk menjadi kampus tujuan saya. 

Cita-cita saya sejak SD sebenarnya adalah menjadi seorang Dokter, cita-cita yang seolah sudah menjadi template seluruh anak kecil, ya? Kemudian, setelah memasuki SMP saya sadar bahwa otak saya tidak akan mampu menjadi seorang Dokter terlebih saya sangat takut dengan darah, jadi saya memutuskan untuk mengubah cita-cita saya yang saat itu ingin menjadi seorang penulis novel terkenal. 

Lalu pada SMP tahun kedua, tepatnya kelas 8, saya mendapat walikelas yang kebetulan adalah seorang guru Bahasa Inggris.

Bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus, terbilang pas-pasan. Namun, cara mengajar walikelas saya selalu membuat saya semangat dan antusias belajar bahasa Inggris. 

Beliau juga sangat mengapresiasi keberanian dan keantusiasan saya setiap kali ada mata pelajarannya, saya tidak pernah absen sekalipun menjawab setiap pertanyaan atau soal yang diberikannya walau jawaban saya tidak selalu betul bahkan hingga saya memberanikan diri untuk mengikuti berbagai perlombaan seperti story telling dan berpuisi dengan walikelas saya sebagai guru pembimbing saya. 

Sejak saat itu, cita-cita saya yang ingin menjadi seorang novelis terkenal saat tahun pertama SMP lenyap dan tergantikan oleh keinginan menjadi seorang guru Bahasa Inggris agar bisa menjadi seperti walikelas saya. Cita-cita itu bertahan hingga saya masuk ke SMA. 

Saya memilih UPI Bandung sebagai kampus impian saya karena UPI merupakan salah satu kampus yang terkenal dengan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) serta lulusannya yang banyak menjadi guru yang berkualitas. Hal itu membuat saya sangat berharap agar mampu masuk ke kampus yang berpusat di daerah Bandung tersebut.

Namun, sepertinya saat itu belum rezeki saya. Hehe. Tepat saat sibuk mempersiapkan kelulusan serta mulai hectic dengan segara urusan perkuliahan, pandemi COVID-19 mulai menyerang. 

Segala aktivitas hingga seluruh hal yang telah saya persiapkan menjadi sangat berantakan, benar-benar berantakan. Impian saya untuk berkuliah di UPI hanya tinggal angan belaka, karena orang tua saya tidak mengizinkan saya untuk berkuliah di luar kota dengan keadaan pandemi seperti saat itu. Saya mulai kehilangan arah, hampir putus asa karena takut tidak bisa berkuliah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline