Lihat ke Halaman Asli

Faradilla Witha Fernanda

Sabar itu susah, makanya hadiahnya surga. Kalo mudah, hadiahnya kipas angin.

Begini Rasanya Jadi Anak di Sekolah Full Day School

Diperbarui: 9 Agustus 2016   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya cuma ingin kasih pendapat dari sisi anak, objek yang akan menerima full day school, bukan pengamat, opini-er, atau orangtua, yang mungkin waktu sekolah belum pernah merasakan sistem full day school.

Tahun 2000, saat itu saya masih kelas 4 SD. Mulai tahun itu lah sekolah menerapkan Full Day School dengan memberikan ekskul setelah jam pelajaran formal selesai. Ekskul yang diberikan yaitu musik, melukis, menari, atau belajar Al Quran. Anak-anak bebas memilih ekskul yang diminati. Jam pulang pun menjadi agak sore. Namun, tidak setiap hari kami mengikuti ekskul, hanya beberapa hari dalam seminggu, sisanya jam normal.

Kelas 5 dan kelas 6 SD, Full Day School mulai ditambah harinya. Selain ekskul, juga ada pelajaran tambahan sehingga waktu pulang menjadi lebih lama. Namun sekolah memberikan jam istirahat ekstra sebelum memulai pelajaran. Orangtua juga dipersilahkan untuk mengantar bekal tambahan bagi anak-anak. 

SMP, sekolah saya juga menerapkan FDS. Sistemnya sama, anak kelas 1 mengikuti ekskul (tidak full selama seminggu), naik kelas 2 dan 3 ,anak mengikuti FDS full selama hari sekolah - selang seling antara ekskul dan pelajaran tambahan.

SMA, setiap hari sekolah selalu FDS, isinya pelajaran. Namun sekolah memberikan waktu istirahat ekstra sebelum memulai pelajaran.

Jujur aja, rasanya jadi anak FDS menyenangkan.

Saya tidak merasa kecapekan, karena sekolah memberikan jam istirahat ekstra sebelum pelajaran, juga fasilitas untuk refreshing (diperbolehkan membawa alat musik ke sekolah , seperti gitar).

Saya tidak merasa waktu bermain saya kurang. Karena di sekolah saat jam istirahat bisa bermain atau bercanda dengan teman-teman. Justru kebersamaan di sekolah dengan waktu yang lama membuat kami semua sangat akrab.

Sekolah saya di daerah, fasilitas seperti ruang istirahat atau kantin yang menyediakan makanan lengkap belum tersedia.Namun sekolah memperbolehkan orangtua - jika mau - mengantar bekal ke sekolah. Jika tidak ada bekal, bisa membeli makanan di kantin, walaupun makanannya seadanya. Tapi kami tidak keberatan, justru anak-anak yang punya bekal saling berbagi makanan.

Jujur aja, efek yang saya rasakan karena terbiasa FDS lebih banyak positifnya. 

Ketika menginjak dunia kuliah dan dunia kerja dengan waktu yang padat, saya merasa sudah terbiasa, jadi tidak mengeluh ketika ada tugas kuliah/tugas pekerjaan yang menyita waktu lebih, jalani saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline