Lihat ke Halaman Asli

Kebijakan Amerika Serikat Memerangi Terorisme

Diperbarui: 18 April 2022   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah keamanan yang dimulai dengan pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada perang dan perdamaian, masalah keamanan yang hanya berfokus pada keamanan nasional bergeser ke perspektif non-tradisional yang berfokus pada keamanan manusia, seperti masalah terorisme (Dalby, 2013: 103). Terorisme merupakan isu yang relatif berkembang pesat dalam isu keamanan internasional. Kebijakan dan aktivitas politik Amerika Serikat di kancah internasional, termasuk keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa sejarah besar selama Perang Dunia II dan Perang Dingin. Keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa ini membentuk  kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bidang ekonomi, politik, dan keamanan. Berbicara tentang terorisme, terorisme bukan hanya masalah keamanan politik, tetapi juga  persepsi, image dan figur Amerika Serikat sebagai negara yang memulai perang melawan terorisme. Dalam memerangi terorisme, kebijakan Amerika Serikat adalah dengan melakukan pendekakatan-pendekatan menggunakan soft power yang dimilikinya. 

Isu-isu terorisme yang timbul menjadi isu global setelah terjadinya serangan di Amerika Serikat seperti:

Tragedi WTC 

Pada  11 September 2001, sebuah pesawat jaringan teroris, yang diyakini sebagai Al-Qaeda, dipimpin oleh Osama bin Laden, dibajak di Boeing 767-200 milik United Airlines, menyebabkan insiden di Amerika Serikat. Kronologi serangan 11 September terbagi menjadi lima titik serangan. Terdapat dua  pesawat yang jatuh di gedung WTC di pusat kota New York. Lalu ada  pesawat yang ditembak jatuh di dekat Markas Besar Keamanan dan Pertahanan atau kantor Departemen Pertahanan AS,. Selanjutnya, pesawat lain dijatuhkan di dekat Bandara Somerset County, sekitar delapan mil sebelah timur Jennerstown, Pennsylvania. Pesawat terakhir ditembak jatuh di Shanksville, Pennsylvania. Tragedi serangan yang menewaskan hingga 3.000 orang, memaksa  Amerika untuk mengambil pertahanan dan keamanan lebih dalam mengambil langkah-langkah untuk menanggapi serangan itu.

Kebijakan Yang Diterapkan Setelah Tragedi

Serangan 11 September dalam  bentuk terorisme dan ancaman tersebut ternyata banyak memakan korban jiwa sehingga menimbulkan reaksi kemarahan Amerika Serikat. Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden George W. Bush menyatakan perang terhadap teroris al-Qaeda yang dicurigai melakukan tindakan ini. Setelah tragedi WTC, Amerika Serikat memiliki beberapa dampak langsung  pada saat itu. Demi keselamatan semua orang, penutupan Bandara Internasional AS itu langsung ditutup untuk kegiatan penerbangan yang tidak mendesak ke tujuan manapun. Penutupan bandara tersebut merupakan pertama kalinya dalam sejarah penerbangan Amerika Serikat yang merugikan ribuan calon penumpangnya. Sementara itu,  beberapa jam setelah terjadinya tragedi pengeboman, Presiden Bush berjanji akan melakukan penyelidikan  penuh untuk melacak dan  menemukan pelaku serangan teroris. Kemudian Presiden Bush bertemu dengan Dewan Keamanan Nasional (NSC) untuk membahas  tragedi WTC dan langkah selanjutnya yang akan diambil Amerika Serikat. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Bush menekankan untuk menghukum baik pelaku serangan teroris ini maupun negara-negara yang melindungi mereka.

Kebijakan War On Terorisme

Salah satu tindakan anti-terorisme yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Bush. Kebijakan ini diajukan karena salah satu tragedi yang terjadi (WTC) terjadi, namun diyakini dapat merugikan kepentingan umat Islam. Kemudian, pada 20 Januari 2009, saat Barack Obama menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, banyak  perubahan yang dijanjikannya. Salah satunya penting bagi Amerika Serikat dan dunia. Dengan kata lain, perubahan dan pandangan  Presiden Obama. Islam dan  terorisme. Ada banyak perubahan ketika Amerika Serikat berada di bawah kendali Barack Obama. Presiden Obama berbicara di Kairo pada tahun 2009, menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak lagi berperang dengan Islam, tetapi dengan terorisme,  seperti yang diyakini oleh Presiden Bush. Sejak pidato itu, pandangan AS tentang Islam tampaknya telah berubah. Dalam pidato Barack Obama pada 24 Desember 2014 lalu, ia menyatakan bahwa Amerika Serikat akan membentuk koalisi dengan tujuan memberantas terorisme. Amerika Serikat dan koalisi mengerahkan pasukan melalui serangan udara untuk melatih oposisi, Tentara Pembebasan Suriah, Dewan Nasional Suriah, dan Tentara Demokratik Suriah memblokir aliran dana dan menghentikan arus masuk dan keluar terorisme.

Upaya yang sudah dilakukan Pemerintahan Barack Obama dalam Memerangi Terorisme di Suriah:

  • Mendukung Oposisi pada tahun 2014,

Program dengan rencana tiga tahun Amerika Serikat membentuk Syrian Train and Equip dengan besar  anggaran mencapai $500 juta USD sebagai pelatihan serta mempersenjatai 5.000 pejuang oposisi yaitu FSA dan SNC serta bertujuan untuk melawan terorisme, mempertahankan dan  merebut wilayah yang dikuasai oleh kelompok moderat dan mendorong penggulingan Bashar Al Assad, kongres Amerika Serikat sepakat mendirikan empat kamp termasuk 2 diantaranya yaitu Yordania dan Turki.

  • Membentuk Global Coalition,

Pada 10 September 2014, Barack Obama membentuk Global Coalition yang bertujuan memerangi ISIS dan  kelompok teroris lainnya. Terdapat lebih dari 60 negara dan organisasi yang setuju untuk ikut berpartisipasi baik pada milter maupun sumber daya. Global Coalition mempunyai tiga tujuan dalam hal militer. Pertama, serangan udara. Kedua, mempersenjatai serta melatih pasukan. Ketiga, melakukan operasi khusus yang terletak di Irak dan Suriah.

  • Gencatan Senjata dengan Rusia,
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline