Lihat ke Halaman Asli

Mengambil Alih Wewenang Allah?

Diperbarui: 11 April 2016   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama saya [read: ISLAM] memandang manusia sebagai makhluk biologis,psikologis dan sosial. Dan ketiga peranan tersebut sangat melekat pada diri manusia, bahkan menjadi simbol dalam membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lain. Kita sebagai manusia tidak dituntut untuk terfokuskan pada satu sisi saja, Hanya terfokus pada urusan akhirat dan lalu hakikat kita didunia diabaikan begitu saja ? Tidak, itu sangat bertolak belakang dengan hakikat kita yang juga sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan dengan sesama [habluminannas]. Apakah memfokuskan pada urusan dunia adalah hal yang disalahkan ? Menurut saya tidak sepenuhnya hal tersebut dapat disalahkan, Allah menciptakan bumi [dunia] sebagai ladang manusia untuk mencari bekal abadi. Bagaimana cara mendapatkan bekal abadi tersebut ? Melalui implementasi dari diri kita dalam memanfaatkan kesempatan nafas yang diberikan Allah untuk mampu mengelola dunia sebagai ladang yang benar-benar memiliki progres positif untuk kehidupan setelah mati [KehidupaN abadi]. Segala sesuatu yang berkaitan dengan mengelola akan membutuhkan sebuah strategi. Nah, strategi inilah yang mampu memberikan arahan dan koridor kita sebagai manusia dalam mendapatkan bekal, yang tentunya berlandaskan pada Syari’at islam.

Titik benang yang bisa dipaparkan adalah, tidak sepenuhnya masalah dunia adalah musibah besar, bukankah itu menjadi peluang baik untuk manusia ? menjadi peluang untuk mendapatkan bekal sebanyak-banyaknya. Coba dilihat, berbagai permasalahan sosial, kemiskinan, dan masalah fundamental lainnya, bukankan itu menjadi masalah dunia ? Benarkah kita ? tidak egoiskah kita, sebagai manusia jika mengabaikan hal itu semua ? Bukankan mencari dan menyelesaikan permasalahan tersebut menjadi kewajiban kita sebagai khalifah didunia untuk saling berbagi karena Allah ? Bukankan Allah tidak pernah membatasi manusia dengan cara apa bisa memasuki surga ? Terfokus pada mencapaian diri sendiri untuk mencapai bekal abadi dan mengabaikan permasalahan lingkungan yang notabenenya adalah permasalahan dunia adalah hal yang egois, dimana letak habluminannas yang berada didunia ?. Each one is valid within its particular culture. Saya percaya Rahmat Allah itu Luas “Al-Khalqu ‘iyali”. Sangat menimbulkan keheranan, mengapa ada orang yang mengambil alih wewenang Allah ? Berani membatasi kasih sayang Allah SWT.

Mengutip dari buku Jalaluddin Rakhmat, keberanian yang luar biasa dalam merampas wewenang Allah ! Apakah mereka yang memegang kunci-kunci neraka ? Apakah mereka yang menenggelamkan manusia ke dalam neraka ? Atas dasar apa mereka membangun kesimpulan itu ? Bagaimana kesadaran mereka atas rahmat Allah yang tidak terbatas yang akan membalas satu kebaikan dengan tujuh ratus lipat kebaikan ?

Kasih sayang ibu hanyalah satu dari seratus kasih sayang-Nya. Masihkah kita menilai segalanya hanya dengan satu sisi yang terfokuskan? Bukankah masih ada kata seimbang ?

[Wallahu ‘alam bi al-Shawab]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline