Lihat ke Halaman Asli

Tentang Asal Mula Nama Gorontalo

Diperbarui: 26 September 2016   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Asal mula nama Gorontalo memiliki banyak versi atau pendapat yang hingga kini belum ada semacam kesepakatan, manay yang dapat menjadi rujukan yang tepat oleh para generasi muda.

Meski demikian, perbedaan versi tersebut bukan faktor yang dapat memicu perdebatan yang berkepanjangan, justru sebaliknya, hal itu merupakan anugerah atau kekayaan yang menunjukkan, betapa orang Gorontalo merupakan masyarakat yang kaya nan beragam.

Kata Gorontalo menurut versi yang hidup secara turun temurun dan diyakini oleh sebagian kalangan, terutama oleh para sesepuh, adalah sebuah kata yang terbentuk akibat pengaruh “lidah” Belanda, yakni bangsa yang dicatat oleh sejarah yang menjajah Indonesia selama 350 tahun lamanya termasuk Gorontalo.

Huruh H, dalam penulisan dan penyebutannya dalam bahsa Belanda selalu ditulis dan disebut dengan huruf “G” dan beberapa istilah lainnya, karena pengaruh lidah orang Belandayang selalu kedengarannya aneh atau menyimpang dari versi aslinya yang dikenal dalam bahasa Gorontalo Bula-bula’i. hal ini bagi mereka yang berpendapatan bahwa kata Gorontalo, berawal dari Hulontaloyang dikarena  “lidah” Belanda dibaca menjadi Gorontalo.

Dari pendapat ini, muncul asumsi yang menyebutkan bahwa Gorontalo berasal dari kata Holand Talo,yakni negeri Belanda dikerajaan Talo. Negeri Belanda pada zaman duludan hingga sekarang disebut dengan “Holand”, karena kondisi geografis Gorontalo yang konon menyerupai negeri Belanda yang selalu digenangi air dan berada ditepi laut, juga terlettak disebuah lembah, karena dikelilngi oleh gunung, maka disebut sebagai negerinya Holand yang berada dikerajaan Talo.

Mengapa kerajaan Talo ? karena konon sebelum Belanda masuk ke Gorontalo, terlebih dahulu menguasai kerajaan Gowa dan Talo yang resmi menguasai daerah ini tahun 1669 setelah perjanjian Bongaya 1667. Dari kerajaan Talo Belanda terus memperluas daerah kekuasaannya ke Tarnate dan akhirnya ke Gorontalo.

Dari Tarnate inilah, Belanda mengenal dan akhirnya memasuki Gorontalo. Proses masuknya Belanda ke Gorontalo berawal dari perseterua antara penguasa Limboto dan penguasa Gorontalo. Penguasa Limboto dalam perseteruan ini, meminta bala bantuan Tarnate dan Kerajaan Gorontalo meminta bantuan Kerajaan Gowa.

Pendapat ini bisa saja benar, jika menurut kembali ke sumber yang diungkap dalam Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Gorontalo yang disusun oleh Yayasan 23 Januari 1942, bekerjasama dengan IKIP Negeri Manado Cabang Gorontalo yang diterbitkan oleh PT.Gobel Dharma Nusantara tahun 1981.

Dalam buku tersebut, Belanda resmi menguasai Gorontalo pada tahun 1678. Pada masa itu, Gorontalo dipimpin oleh Raja Biya diselatan Tatohuliyaliyo yang memerintah dari tahun 1677 s/d 1690 dan Raya Eyato di utara Tatotilayo yang nemerintah dari tahun 1673 s/d 1679.

GUBERNUR VOC untuk wilayah Ternate R. Padbrugge, setibanya di Gorontalo pada masa itu, mengajukan kontrak kepada Raja Biya, namun kontrak tersebut ditolak mentah-mentah. Karena mendapat penolakan, R.Padbrugge pada tahun 1681 memutuskan menyerang Gorntalo hingga pecahnya perang “Padengo” yang berjarak kurang lebih 10km dari pusat kerajaan (Desa Padengo Kec. Kabila sekarang).

Namun dalam perang tersebut, Raja Biya dibantu dan diperkuat oleh Raya Eyato, “Tatolilayo” namun dalam perang Padengo tersebut, Raya Eyato tertangkap oleh belanda dan dibuang ke Ceylon, sehingga ia mendapat gelar “Tatoceyloni” atau yang diceylonkan. Usai penangkapan Raja Eyato, perlawanan terhadap belanda dilanjutkan kembali oleh raja Biya. Sejak saat itulah,kemudian Gorontalo disebut sebagai “Holand Talo” atau negeri Holand dari kerajaan Talo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline