Lihat ke Halaman Asli

FARADILA SUBARMAN

Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya

Sinopsis dan Analisis Perilaku pada Film Boys Don't Cry

Diperbarui: 7 Maret 2023   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film “Boy’s Don’t Cry” diawali tentang Brandon yang merupakan seorang transeksual, ia membuat onar ketika sedang berada di club malam untuk menyelamatkan Candace dari godaan seorang pria paruh baya dengan dibantu oleh John. Semenjak kejadian tersebut mereka mulai berteman, lalu Candace dan John mengenalkan Brandon kepada temannya yang lain salah satunya Lana. Brandon sangat menyukai Lana dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih tanpa tahu bahwa Brandon sebenarnya perempuan. Lambat laun identitas Brandon pun mulai terbongkar oleh Candace yang tidak sengaja menemukan surat tilang Brandon. 

Lana yang sudah mengetahui itu tidak percaya karena Brandon mengatakan bahwa dirinya memiliki kelainan seksual hermafrodit yaitu kondisi pria atau wanita yang mempunyai organ reproduksi wanita dan pria. Namun, seluruh keluarga Lana yang mulai ikut mengetahui pun tidak tinggal, karena lesbian yang berada di daerah tempat tinggal mereka sangatlah hina. 

John dan Tom yang merupakan keluarga dari Lana mulai melakukan tindakan-tindakan kekerasan pada Brandon untuk membalas dendam karena di bohongi olehnya. Cerita ini diangkat dari kisah nyata Brandon Teena yang hidupnya sangat tragis ia mengatakan bahwa dirinya sedang krisis indentitas dan akhirnya berpenampilan seperti laki-laki.

 Transeksual merupakan perilaku seseorang mengindentifikasi gendernya tidak sesuai dengan sebenarnya, seperti halnya Brandon yang merupakan seorang perempuan mengaku dan terobsesi bahwa dirinya adalah laki-laki sehingga berperilaku dan berpenampilan layaknya laki-laki. Penyimpangan ini menyebabkan Brandon bersifat maskulin, hal ini terjadi karena adanya skema gender yang merupakan upaya tercepat pikiran untuk memproses informasi dan menanggapinya (Grison & Gazzaniga, 2019). 

Seiring berjalannya waktu skema gender ini bisa mengalami perubahan dan penambahan informasi tentang wanita dab pria ketika seseorang mengalami banyak pengalaman (Grison & Gazzaniga, 2019). Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain hal yang dialami oleh Brandon dapat dipengaruhi juga oleh pikiran kognitif yang mengarahkan dirinya untuk mengembangkan indentitas gender, berpikir dan bertindak seperti pria (Grison & Gazzaniga, 2019).

 Seks dalam bidang biologis mengacu pada aspek fisik dari jenis kelamin seseorang  yaitu pria dan wanita kemudian dipecah menjadi 4 aspek/bagian yaitu kromosom seks, kelenjar seks, karakteristik seks sekunder dan karakteristik seks primer (Grison & Gazzaniga, 2019). Ketika ke-4 aspek tersebut saling mempengaruhi secara konsisten, maka akan mudah untuk menggambarkan serta membedakan laki-laki dan perempuan. Sebaliknya, jika salah satu atau dua dari ke-4 aspek tersebut tidak berhubungan secara konsisten akan sulit menggambarkan laki-laki dan perempuan. 

Perbedaan yang terlihat inilah merupakan gender dimana keadaan individu dicirikan dengan pencirian sosial sebagai pria dan wanita melalui maskulinitas dan feminitas mencakup harapan sosial, sifat, minat, pikiran dan perasaan (Grison & Gazzaniga, 2019). Seksualitas individu menurut Martono (1981) adalah bentuk energi psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sifatnya seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline