Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kejadian yang sulit untuk dihadapi. Timbulah perasaan seperti putus asa, khawatir, sedih dan menangis. Umumnya hal- hal tersebut disebabkan oleh adanya sesuatu yang tidak sejalan dengan apa yang diharapkan serta didapatkan. Jenis perasaan itulah yang harus mendapatkan prinsip stoikisme.
Stoikisme adalah pandangan bahwa tujuan hidup itu adalah selaras dengan alam. Dalam praktisnya berfokus pada apa yang bisa dikontrol sendiri (hati&fikiran) dan pada extreme-nya mengabaikan semua yang tidak bisa dikontrol. Haidar Bagir dalam bukunya, "Buku Saku Filsafat Islam", mengatakan bahwa stoikisme bukanlah agama dan juga bukan termasuk filsafat spekulatif dan tematik, melainkan sebuah pandangan hidup mendalam mengenai emosi manusia terhadap kebahagiaan hidup. Ajaran stoikisme sangat erat dengan emosi manusia, dimana dalam paham ini, emosi negatif merupakan sumber ketidakbahagiaan. Berikut beberapa ajaran stoikisme yang dapat menjadikan hidup tenang dan bahagia :
- Pertama, hal buruk akan terjadi selama kita ada dan terjadi kepada kita. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al Baqarah ayat 155 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya : Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Jadi, tuhan memberikan ujian hidup kepada kita, sekaligus pula menjanjikan balasan kebaikan kepada hambanya yang mampu melewati ujian dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu, hadapilah ujian tersebut dan jangan pernah lari darinya.
- Kedua, Salah satu tokoh stoikisme, Marcus Aurelius sebagai seorang kaisar roma yang menjadi kaisar terbesar di dunia waktu itu mengenai pribadi stoic adalah selalu mempersiapkan diri dari hal-hal buruk yang bisa terjadi, "Do the best, prefare for the worst", yang artinya lakukanlah yang terbaik, persiapkanlah untuk hal terburuk.
- Ketiga, selalu ingat bahwa ada hal yang di bawah kontrol kita dan ada juga yang tidak.
- Keempat, belajar untuk menerima segala sesuatu yang terjadi. Dalam hal ini, islam juga mengajarkan kita meyakini apa saja yang menjadi ketetapan Tuhan.
Filsafat stoic dengan ajaran islam sangat berkaitan, salah satunya adalah prinsip tawakkal setelah menyerahkan usaha dan doa. Salah satu bunyi doa ketenangan yang masyhur pada stoikisme yakni : “ Tuhan, berilah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa kuubah, keberanian untuk mengubah hal yang bisa kuubah, dan kebijaksaanaan untuk membedakan keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H