Dari judul, tentu saja setiap pembaca tahu apa inti dari tulisan ini. Ya, cerita Isra dan Mikraj. Sebelum melaksanakan perjalanan itu. Kita tahu bahwa saat itu nabi Muhammad sedang bersedih karena ditinggal mati oleh dua orang yang paling disayangi, pamannya, Abu Thalib, dan istrinya, Khadijah. Dan tahun itu disebut Amu al-Huzn atau tahu kesedihan.
Maka Allah hibur dengan memberinya kesempatan untuk bepergian dengan sebuah kendaraan yang bernama Buroq. Tidak tahu bagaimana bentuknya. Yang jelas kendaraan itu sangat cepat. Dari Makkah ke Baitul Maqdis hanya ditempuh dalam waktu sebentar. Lalu nabi shalat di masjid al-Aqsa. Yang sekarang masih menjadi rebutan antara Palestina dan Israel.
Setelah itu nabi berjalan dari Baitul Maqdis sampai Sidratul Muntah dengan sangat cepat. Di setiap langit, beliau bertemu dengan nabi. Lalu beliau juga diperlihatkan surga dan neraka. Bagaimana sengsaranya orang yang ada di neraka. Dan betapa senangnya orang yang ada di surga. Lalu nabi mendapatkan perintah shalat 50 kali. Cukup berat dan sulit untuk dilakukan. Lalu atas saran nabi Musa, akhirnya nabi Muhammad menawar agar dikurangi. Hingga akhirnya tinggal 5 kali.
Dan pulanglah Rasulullah dengan membawa perintah shalat 5 waktu. Orang-orang kafir diberitahu nabi mengenai perjalanannya ke langit ke tujuh. Tidak ada di antara mereka yang percaya. Hingga beliau mengatakan kalau ada beberapa orang yang sedang berada di perjalanan. Lalu salah seorang di antara mereka membenarkan apa yang dikatakan Rasulullah. Tapi mereka tetap tidak percaya. Hingga muncullah Abu Bakar yang membenarkan apa yang dikatakan beliau. Sejak saat itulah Abu Bakar disebut atau dijuluki as-Shiddiq.
Sekiranya perintah untuk menjalankan 5 kali tidak mudah. Ada saja kesibukan sehingga membuat orang tidak bisa menjalankannya. Saya tidak bisa membayangkan kalau saja perintah 50 kali waktu dalam sehari itu masih berlaku sekarang. Entah bagaimana orang bisa beristirahat dan bekerja. Karena kebaikan Allahlah yang telah merevisi dari yang asalnya 50 menjadi 5 saja.
Orang modern sekarang terlalu "dunia". Dalam artian, segala macam hal yang ada di hidupnya hanya seputar dunia. Ketika mencari motivasi, hanya mencakup dunia. Ketika bekerja, hanya untuk dunia. Ketika melakukan apa saja tujuan atau hadafnya hanya dunia. Maka sebagian besar manusia tidak lagi memperdulikan perkara akhirat.
Kita bisa lihat Jepang yang gila kerja. Saya pun heran dengan kegigihan mereka dalam bekerja. Saya orang yang suka baca novel. Novel light karya orang-orang Jepang, bisa rilis setiap minggu. Dan setiap rilis, banyak sekali halamannya. Saya saja kalau mau nulis novel, pasti butuh waktu bulanan. Tapi bagi mereka itu adalah hal yang mudah. Itu tidak cuma satu orang, tapi banyak sekali. Makanya pergerakan mereka sangat cepat. Mereka cepat dalam melakukan apa pun. Hingga kita dapati orang Jepang meninggal di jalanan itu sudah biasa. Kebanyakan mereka mati karena terlalu lelah.
Saya sendiri tidak ingin seperti mereka. Sebuah negara maju yang memiliki teknologi yang canggih dan modern. Tapi kehidupan mereka seperti robot. Yang dipikirkan hanyalah kerja, kerja, dan kerja. Allah menciptakan manusia bukan untuk berkerja. Melainkan untuk beribadah. Maka wajib bagi kita untuk menyisihkan waktu kita untuk beribadah. Karena itulah tujuan sejati kita diciptakan. Dari situlah manusia bisa recharge iman dan takwa seseorang. Wallahua'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H