Lihat ke Halaman Asli

Fany setareta

mahasiswi

Politik Identitas: Ancaman atau Kebutuhan?

Diperbarui: 8 Desember 2024   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterangan & Sumber Gambar (Foto politik identitas (Sumber: jpnn.com))

Politik identitas telah menjadi topik hangat dalam diskusi politik global dan lokal. Di satu sisi, banyak yang melihatnya sebagai ancaman bagi persatuan sosial, sementara di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa politik identitas diperlukan untuk mengakui dan memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan. Dalam opini ini, saya akan membahas kedua sisi dari argumen ini.

Salah satu kekhawatiran utama terkait politik identitas adalah potensi fragmentasi masyarakat. Ketika individu lebih terfokus pada identitas kelompok—apakah itu berdasarkan ras, etnis, gender, atau orientasi seksual—mereka mungkin mulai mengabaikan identitas bersama yang menyatukan kita sebagai bangsa. Hal ini dapat menyebabkan polarisasi, di mana orang-orang terpisah dalam “gelembung” identitas mereka sendiri dan saling menolak pandangan yang berbeda.

Di satu sisi, politik identitas dapat menjadi ancaman bagi stabilitas sosial. Bisa kita lihat, Di Kabupaten Tebo, keberagaman etnis dan budaya sering kali digunakan sebagai alat untuk membangun sekat-sekat sosial. Misalnya, dalam pemilihan umum, identitas etnis bisa menjadi faktor penentu dalam dukungan politik. Ketika calon pemimpin menggunakan identitas etnis untuk menarik suara, ini dapat mengarah pada polarisasi yang lebih dalam. Sebagai contoh, jika satu kelompok etnis merasa diabaikan dalam proses politik, mereka mungkin merasa terasing dan berpotensi menimbulkan konflik.

Namun, di sisi lain, politik identitas juga dapat dilihat sebagai kebutuhan. Dalam konteks pembangunan daerah, pengakuan terhadap identitas lokal sangat penting. Kabupaten Tebo, dengan masyarakat yang heterogen, harus mampu mengakomodasi beragam aspirasi. Misalnya, program-program pembangunan yang mempertimbangkan budaya dan tradisi lokal dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan memperkuat rasa kebersamaan. Ketika identitas lokal diakui dan dihargai, masyarakat akan merasa lebih terlibat dalam proses pembangunan.

Salah satu contoh konkret adalah upaya pelestarian budaya lokal melalui festival budaya yang melibatkan berbagai etnis di Tebo. Festival semacam ini tidak hanya merayakan keragaman, tetapi juga menciptakan ruang bagi dialog antarbudaya. Namun, jika festival tersebut hanya didominasi oleh satu kelompok etnis, hal ini bisa menjadi sumber ketegangan.

Politik identitas bukanlah murni ancaman atau kebutuhan, ia merupakan fenomena kompleks yang mencerminkan dinamika sosial kita. Dengan memahami kedua sisi dari argumen ini, kita dapat menciptakan ruang di mana semua identitas dihargai, sambil tetap menjaga persatuan dan solidaritas sebagai suatu bangsa. Dialog terbuka dan inklusi adalah kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline