Lihat ke Halaman Asli

3 Tahun Bukan Waktu yang Lama untuk Mengenal Seorang Teman

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun lamanya aku dan dia sudah berteman. Dulu aku merasa dia bukan orang yang baik karena dia seperti seseorang yang terlalu memamerkan dirinya di depan orang lain. aku dan dia selama 3 tahun duduk di bangku SMP tidak terlalu akrab. Setelah masuk SMA aku satu kelas dengannya. Awalnya biasa karena hanya dia yang kukenal sehingga kupikir aku tidak akan dekat dengannya. Namun, aku dan dia semakin dekat dan menjadi sahabat. Aku tidak bisa mnegendarai speda ketika itu. Sehingga pulang sekolah aku sering nebeng dia pulang, itupun karena dia yang menawari, jika tidak ditawari aku juga tidak akan minta. Karena sering nebeng dia pulang aku juga tau diri, aku sesekali membelikannya bakso. Aku tidak ingin memiliki hutang budi kepada orang lain. Aku sudah mulai menganggap dia temanku, sahabatku. aku percaya penuh kepadanya.

Semuanya berakhir dalam sehari. Dia yang mengahncurkannya, ketika itu ia mampir ke tempatku seperti biasa dan aku tak curiga karena ia temanku. Ia melakukan hal yang seharusnya tidak dilakuakan oleh seorang teman yang sudah 3 tahun bahkan hampir 4 tahun. Ia mencuri ponsel ku, yha memang tidak mahal mungkin hanya 300ribuan. Namun, bukan persoalan mencuri yang menyebabkan sakit hatiku. Awalnya aku tak percaya ia yang mencuri, karena kukira aku lupa menaruh ponsel ku. Kucari-kucari dan berharap dugaanku salah. Hasilnya ponsel ku tak kutemukan di seluruh ruangan di rumah. Dan ayahku menyarankan untuk mendatangi rumahnya. Sesampai di rumahnya ayahku menemui dia, dan menanyainya tapi dia tak mau mengaku.

Paginya aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Saat di kelas aku menghampirinya ingin menanyakan tentang ponselku. Sebelum aku sempat bertanya dia berkata “hape ku ilang we, ketinggalan nang umhmu ra?? (ha?? Sebenere yang hapenya ilang tu sapa?? Aku yo). Aku jawab “hape ku yo ilang”. Aku hanya bisa menahan marah dan kecewa, inikah teman. Padahal ayahku pernah cerita waktu dia ke tempat teman ku itu, dia sedang main-main hape (ngakunya hilang). Ayahku menyarankan untuk bilang kepada temanku itu agar dia mengaku kalau dalam seminggu tidak mengaku entah apa yang akan terjadi. Dan itu manjur, sepulang sekolah ia mengajaku pulang bersama. Di jalan ia menceritakan kenapa ia mencuri. Dia bilang ia menabrak orang bersama temannya yang juga temanku. Dan dia harus bertanggung jawab, sehingga ia mengumpulkan biaya agar orang tua mereka tak tahu. Yah seperti biasanya aku percaya (bodohnya aku). Dia sempat memberikan uang beberapa (itu sudah membuktikan bahwa memang dia yang mencuri).

Keesokkan paginya aku mencoba mengkonfirmasi temanku apakah yang dikatakan Dia benar. Dan ternyata jawabannya dia “bohong”. Aku berfikir, sebenarnya dia anggap aku apa?? Aku sudah coba untuk memaafkannya tapi sepertinya dia hanya mempermainkan ku. Ketika itu pun yang membuatku lebih muak adalah dia malah melabraku dan bilang “kowe ngapa we fitnah aku, kowe ngrusak persahabatanku karo ,,,”. Dan aku tak berkata apa-apa aku hanya tersenyum. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi karena aku sudah tidak peduli apapun yang dikatakannya. Sangat sakit dikhianati teman yang sudah dianggap teman dekat daripada kehilangan hape. Aku sangat kecewa padamu, aku anggap kita tidak kenal. Karena jika tidak begitu spertinya aku tidak akan bisa memaafkanmu, meskipun maaf dariku tidak berarti buatmu. Ini adalah sebuah kenyataan yang pernah kualami. Dia adalah seorang perempuan yang cantik, dan sepertinya kaya, dan disukai banyak lelaki (sempurna kan) kekurangannya hanya satu tadi. Aku adalah perempuan yang biasa-biasa saja, dari keluarga sederhana, hanya beberapa lelaki yang suka padaku (mungkin hanya satu atau dua). Namun aku bangga pada kekuranganku, daripada harus terlihat sempurna di luar tapi ternyata di dalamnya berbeda jauh (bermuka dua). Namun, tidak berarti semua temanku begitu, karena hanya dia yang membuatku merasa dibodohi. Terima kasih teman-temanku yang tulus berteman denganku. :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline