Pagi ini saya mendapat pesan WA dari adik saya yang tinggal di kota lain berupa tautan artikel dari situs seword.com. Ternyata isinya himbauan dari sang penulis yang juga pendiri situs tersebut agar tidak memilih partai kecil pada Pemilihan Legislatif 2019.
Partai kecil yang dimaksud Alifurrahman, sang penulis, adalah partai-partai yang tidak berpeluang atau nyaris tanpa peluang untuk melampaui perolehan suara 4% dari suara sah seluruh Indonesia. Angka ini persyaratan agar sebuah partai dapat memperoleh kursi di Senayan. Kurang dari angka parlimentary treshold tersebut, maka suara yang diperoleh partai akan diabaikan.
Hanya suara yang diperoleh oleh partai yang lebih dari 4% yang akan diperhitungkan dan hanya mereka yang akan kebagian kursi. Tidak ada "transfer" suara dari partai gagal ke ke partai yang sukses. Dengan perkataan lain: suara yang diperoleh partai gagal treshold akan hilang begitu saja.
Alif menghimbau pendukung Jokowi - beliau adalah pendukung sejati Jokowi, bahkan situs seword tampaknya didedikasikan untuk mendukung Jokowi - untuk hanya memilih di antara partai PDIP, Golkar, Nasdem, PKB dan tidak memilih partai kecil yang juga pendukung Jokowi. Alasannya : agar suara pendukung Jokowi yang mendukung partai kecil tidak terbuang percuma, sehingga parlemen akan kuat dan Jokowi dapat menjalankan pemerintahan dengan efektif.
Adik saya yang Jokower sejati langsung tergerak oleh himbauan Alif, dan menulis dalam pesan WA itu akan pilih Partai Nasdem saja.
Saya juga pengagum Nasdem dan berharap partai ini kalau bisa masuk tiga besar di Pemilu 2019. Konsistensi Nasdem mendukung Jokowi dan tidak memasukkan satupun caleg eks koruptor menjadi alasan keyakinan saya bahwa Nasdem partai nasionalis yang sungguh-sungguh berupaya membawa perubahan yang lebih baik.
Namun, saya tidak sepakat dengan alasan untuk tidak memilih partai kecil dan memilih salah satu partai besar hanya dengan alasan memperkuat dukungan bagi Jokowi di Parlemen.
Pemilihan legislatif adalah kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk menentukan siapa yang mereka pandang layak mewakili dirinya sebagai rakyat. Juga, adalah kesempatan untuk menunjukkan kemana arah preferensi rakyat.
Apa jadinya jika rakyat yang sebenarnya ingin perubahan seperti yang ditawarkan oleh partai kecil mengalihkan pilihannya ke partai besar (yang penting sekubu dalam pilpres) ? Partai-partai kecil dipastikan mati sebelum berkembang.
Jika hal ini terjadi pada partai kecil sempalan yang berasal dari partai lama, tidaklah terlalu masalah. Biasanya tidak ada hal sungguh-sungguh baru yang mereka tawarkan. Begitu juga, jika partai tersebut hanyalah besutan para pemilik modal atau penguasa di masa lalu, yang tumbuh dan berkembang terutama karena faktor figur.
Cepat atau lambat, partai seperti ini hanya akan jadi perpanjangan keinginan sang tokoh. Partai-partai seperti ini biasanya banyak diisi oleh para petualang politik yang sebelumnya dari pemilu ke pemilu pindah partai - tak jelas apa yang diperjuangkan kecuali sekedar kursi di parlemen.