Lihat ke Halaman Asli

Fantasi

Usaha Mikro

Sex Education in 15 Minutes

Diperbarui: 21 September 2017   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image courtesy of Simon Howden at FreeDigitalPhotos.net

Menjadi orang-tua bagi anak yang berani bertanya kadang-kadang membuat saya harus berakrobat untuk menjawab. Beberapa hari lalu ketika masuk ke mobil untuk berangkat sekolah, putri kami yang sekarang sudah duduk di Kelas 2 SMP  mengagetkan saya dengan pertanyaan," Pa, kalau seorang perempuan sudah pernah melahirkan, apakah dia bisa hamil lagi ?"

Untuk memahami arah pertanyaannya, saya balik bertanya, "Memang mengapa?"

"Bukankah kalau sudah melahirkan perempuan tidak lagi perawan ?  Kalau sudah tidak perawan, bagaimana bisa hamil lagi ?"

"Kata siapa begitu ?" Seingat saya, dia pernah bercerita bahwa di sekolah telah belajar mengenai kehamilan sebagai hasil dari pertemuan sel telur dan sperma. Bagaimana bisa sekarang ada pertanyaan yang terdengar konyol itu ?

"Kata teman-teman. Laki-laki tak mau menikah dengan perempuan yang tidak perawan lagi karena sudah tak bisa hamil."

Saya tertawa. "Tak ada hubungannya keperawanan dengan kehamilan. Keperawanan hanya menandakan bahwa seorang perempuan belum pernah berhubungan seks. Tidak perawan bisa berarti karena pernah berhubungan seks atau sebab lain seperti kecelakaan pada daerah vital."

"Laki-laki juga ada yang perawan ada yang tidak ?"

"Laki-laki tak punya selaput dara. Yang ada itu, laki-laki yang masih perjaka atau tidak. Belum pernah berhubungan seks atau sudah pernah. Tanda-tandanya tak ada seperti pada perempuan."

"Kata Mama, perempuan harus menjaga keperawanan sampai menikah nanti. Bu guru juga pernah bilang begitu. Keperawanan itu untuk apa ?"

Kami sedang ada di mobil menuju sekolahnya yang berjarak tempuh sekitar 15 menit. Bukan saatnya berkhotbah panjang-panjang.  "Keperawanan itu cuma tanda. Yang utama adalah menjaga kehormatan diri, Perempuan yang berhubungan seks hanya dengan lelaki yang menjadi suaminya adalah perempuan terhormat. Perempuan yang berhubungan seks dengan sembarang laki-laki adalah perempuan murahan."

"Jadi, bukan keperawanan yang penting?" putri kami bertanya. Saya membiarkannya menjawab sendiri. Sejenak dia diam, kemudian bertanya,"Menikah itu harus berhubungan seks, ya, Pa ?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline