Lihat ke Halaman Asli

Fantasi

Usaha Mikro

XFI Final (2): Pertarungan antara Pedagang Colenak dengan Pedagang Sate

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

BREAKING NEWS ( langsung dari lokasi Final XFI di Mall Arsitiai) :

Inilah hari "H" yang dinanti oleh banyak orang yang menjadi penggemar kuliner di XFI Food Court.

Meskipun acara perhitungan jumlah minuman yang terjual di tiap lapak baru akan dimulai setelah pukul 20.00 nanti malam, kursi-kursi di sekitar pedagang colenak sudah banyak diduduki pengunjung yang makan dan minum dengan lahap.

Ada ritual yang menarik yang dilakukan oleh para pengunjung di lapak ini. Setiap kali menerima colenak granat yang dihidangkan panas-panas pada hot plate, pembeli akan memegang kedua sumbu colenak (yaitu tulang singkong yang dibiarkan tetap di dalam peuyeum dan dilebihkan di kedua sisinya masing-masing sekitar 1 cm), mengangkatnya setinggi hidung dan berseru pada orang semeja atau pun di meja lain, "Foya....!' Orang yang disapa akan menyahut pula,"Foya...!"

Setelah itu, pembeli akan meniup-niup peuyem bakarnya dengan bibir seperti bersiul dengan menyuarakan "Fu...fu...fu." Kemudian dia akan menggunakan garpu untuk mencocolkan peuyem ke saus gula merah bercampur kelapa untuk kemudian disantap dengan nikmat.

Setelah suapan pertama, orang yang sedang menikmati colenak itu akan memukul hot plate dengan garpunya sehingga terdengar nada, "Ting!" Itu adalah tanda bahwa dia merasa puas dengan colenak yang dimakannya. Semakin banyak orang yang berkerumun di sekitar konter colenak, semakin riuhlah suara "Foya....Foya....", "Fu....fu....fu....." dan "Ting!"

Di sudut yang lain, pengunjung pembeli sate tidak sebanyak mereka yang ada di meja-meja dekat pedagang colenak. Meskipun demikian ada juga keriuhan di sana.

Orang-orang yang datang dalam kelompok biasanya memesan jenis sate yang berbeda. Ada yang memesan sate madura, ada sate padang ala padang panjang dan ada pula sate padang ala pariaman. Biasanya seorang akan mengambil satu atau dua tusuk sate dari jenis yang berbeda milik temannya yang duduk di dekatnya; sebaliknya, dia juga membolehkan temannya mengambil beberapa tusuk miliknya. Nah, ketika hanya ada tinggal satu atau dua tusuk yang tersisa dan ada dua atau tiga orang yang mau mengambil, mereka akan berrebut dan yang kalah cepat mengambil akan berseru,"Rampok...!" Orang-orang yang di meja yang sama pun akan menyambut dengan juga berteriak,"Rampok....!"

Meskipun tidak terlalu banyak yang ada di sekitar pedagang sate, Babah Cowel yang jualan minuman tetap senang, karena sate yang luar biasa pedas membuat mereka tak henti-hentinya memesan minuman dari konternya.

Yang agak mencolok juga di meja-meja dekat penjual sate adalah banyaknya tisu yang disediakan, dua atau tiga kali lebih banyak dari yang ada di meja dekat penjual colenak. Rupanya, itu untuk mengantisipasi pengunjung yang harus berulang-ulang menyeka hidung yang meler dan mata yang berair menahan rasa pedas. Kalau diperhatikan dan disimak lebih dekat, maka tarikan ingus dan desah kepedasan para penikmat sate di lapak ini akan terdengar seperti simfoni.

Demikian laporan breaking news dari lokasi acara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline