Lihat ke Halaman Asli

Sang Ayah

Diperbarui: 21 November 2016   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari tinggallah seorang anak kecil yang bernama Anto. Pada waktu itu Anto berumur 10 tahun. Ia tinggal bersama keluarga yang berkecukupan. Anto adalah seseorang yang sangat sayang kepada keluarganya. Dan juga Anto memiliki adik kecil yang berumur 7 tahun.

Setiap pagi Anto dan adik kecilnya selalu menemani Ayah nya bekerja sebagai petani di sawah untuk membajak. Setiap mereka membantu ayahnya untuk membajak sawah pakian mereka selalu kotor, muka mereka pun juga dikotori oleh lumpur – lumpur. Tetapi hati Anto dan juga adik kecil nya selalu  bahagia, mereka selalu mengambil hal yang positif dan mereka selalu menikmati setiap waktu saat membantu Ayahnya bekerja.

Setiap Anto, adik kecilnya, dan Ayahnya berjalan pulang ke rumah, mereka selalu melewati anak – anak lain yang tidak pernah membantu orang tua, karena mereka berfikir jika mereka membantu orang tua nya bekerja, itu adalah hal yang sangat menghabiskan waktu mereka. Mereka lebih memilih untuk bermain, dibandingkan untuk membantu orang tua bekerja. Dan saat anak – anak tersebut sedang bermain, mereka melihat Anto yang dalam perjalanan pulang setelah membantu Ayahnya, mereka menertawakan dan juga mengejek kepada Anto. Karena mereka menganggap bahwa Anto adalah anak yang sangat tidak gaul. Tetapi Anto tetap tersenyum dan mengambil hal yang positif dari apa yang ia lakukan. Dan di balik semua itu Ayahnya mengetahui semua perbuatan teman-teman Anto dan perbuatan Anto, dan ia sangat bangga terhadap anaknya sendiri.

Sesampainya mereka dirumah, ibu Anto menyapa dengan sangat hangat, dan langsung membantu mereka untuk membawakan barang bawaan ke tempatnya. Dan Anto, adik nya, dan juga ayahnya langsung bergegas makan karena perut mereka yang sangat kelaparan, setelah membajak sawah seharian. Saat seluruh keluarga Anto sedang berkumpul di satu meja makan, disanalah mereka berbincang – bincang, dan tertawa. Itulah setiap harinya yang Anto rasakan, Anto merasa hati nya yang sangat senang dan merasa bahwa tidak ada yang bisa ia gantikan, waktu ia bersama keluarga nya, dibandingkan memilih untuk bermain dengan teman–temannya.

Tetapi satu hari pun datang, dimana hari itu adalah hari yang paling Anto benci. Pada saat subuh, beberapa prajurit langsung menggedor–gedor kan pintu rumah keluarga Anto sambil memanggil seluruh keluarga Anto untuk bergegas keluar dari rumah. Saat mereka sudah keluar rumah, mereka langsung di pisahkan secara paksa. Ayahnya yang harus pergi untuk waktu yang sangat lama, karena Ayahnya harus melakukan beberapa peperangan, Ibunya yang tanam paksa, dan Anto serta adik kecilnya yang harus menjadi pembantu. 

Anto pun langsung menggenggam erat setiap tangan keluarga sambil mengeluarkan air matanya yang sangat banyak. Ia tidak ingin untuk dipisahkan oleh keluarganya, ia hanya ingin memiliki waktu yang bahagia bersama keluarganya. Tetapi semakin erat Anto menggenggam tangan keluarganya, prajurit pun semakin keras memaksa Anto dan keluarganya. Dengan sangat sedih dan muka yang penuh dengan air mata, ia terlepas dengan genggaman keluarganya. Sekarang yang ia punya hanyalah adiknya saja.

Pada saat itu ayahnya selalu berkata bahwa, “ayah akan pulang, dan kita bermain kembali di sawah dan tidak akan ada perpisahan lagi di antara keluarga kita”. Maka Anto pun sangat meyakini bahwa ia akan bertemu dengan Ayahnya suatu saat nanti. 

Tiga tahun kemudian, waktu pun berjalan dengan cepat, Anto semakin dewasa, semakin mengerti banyak hal. Dan tetap Anto memiliki hati yang bulat tentang Ayahnya yang pasti akan kembali lagi. Tetapi tiba – tiba beberapa prajurit pun datang, dengan pakaian yang kotor dan luka yang ada dimana mana. Anto berharap bahwa Ayahnya akan berjalan datang dan menghampiri Anto, adik nya dan Ibu nya. Waktu yang sangat panjang untuk menunggu Ayahnya pulang, tetapi Ayahnya pun tak kunjung datang.

Ia hanya berharap kepada Tuhan, tetapi tiba – tiba ada seseorang yang menghampiri Anto, ia adalah salah satu seorang sahabat dari Ayahnya. Dan ia memberitakan hal yang sanagat penting, bahwa Ayahnya tidak selamat dalam masa penjajahan. Begitu sakit hati Anto dan keluarganya saat mendengar kata – kata tersebut. Tidak hanya itu, sahabat dari Ayah Anto memberikan banyak sekali lembaran kertas, dan ia berkata sebaiknya Anto membuka lembaran kertas di rumah bersama seluruh keluarga.

Sesampainya Anto dan kelurganya di rumah, mereka langsung membuka segala surat dan kertas. Anto melihat foto Ayahnya yang berjuang sekeras-kerasnya untuk melawan penjajahan, tidak hanya itu juga, di setiap foto tersebut Ayahnya selalu menulis banyak kata yang berisi tentang pesan . Anto sangat sedih atas kehilangan sang Ayah yang sudah menjadi pahlawan sejak Anto kecil. 

Mulai pada saat itu, Anto percaya bahwa Ayahnya adalah sang pahlawan bagi semua orang. Walaupun hati Anto sangat rapuh atas kehilangan Ayahnya, ia tetap selalu membanggakan nama Ayahnya di depan semua masyarakat. Ia yang selalu mengenang Ayahnya dan tidak pernah melupakan semua perkataan yang keluar dari mulut Ayahnya sendiri. Sekarang Anto menggantikan posisi Ayahnya, dan melakukan semua apa yang selalu di lakukan oleh Ayahnya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline