Alasan para perempuan harus benar-benar memilih pendamping hidup sebelum menikah
"Jangan pilih-pilih, nanti ga nikah-nikah." Lontaran ucapan basa basi yang sering kita dengar di kehidupan sehari-hari. Biasanya kita mendengar dari orang-orang terdekat.
Apakah kalian pernah mendengar curahan hati seorang perempuan menikah tapi merasa berumah tangga seorang diri? Itu adalah salah satu akibat yang disebabkan oleh salah pilih pasangan dan sembarang memilih. Padahal, syariat sudah menentukan kriteria-kriteria dalam menentukan pasangan. Hal ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan.
Rasulullah SAW sudah berpesan jauh-jauh hari tentang pentingnya memilih pasangan hidup, di dalam Islam, kita mengenal beberapa kriteria untuk memilih pasangan, di antaranya;
- Kecantikannya,
- Hartanya,
- Keturunannya,
- Agamanya, maka pilihlah berdasarkan agamanya, niscaya senanglah kehidupan pernikahan.
Beberapa hal singkat ini juga dapat menjadi pengingat apabila kelak hendak menuju gerbang pernikahan, di antaranya;
1. Perhatikan agamanya
- Dear Muslimah, berulang-ulang kali, syariat menegaskan pentingnya memilih pasangan berdasarkan agama. Patokan beragama ini tidak melulu pada dzahirnya saja, patokan beragama tidaklah sesempit itu. Melainkan memperhatikan agama dengan melihat kualitas agama dalam dirinya, seperti: mengerti soal syariat dan pengamalannya, salat lima waktu ke masjid, bisa dan dekat dengan Al-Qur`an, salat Subuh dan Isya di masjid.
- Pengamalan dan pemahaman agama merupakan sebuah nilai kualitas seseorang. Jika laki-laki sudah betul-betul paham agama, maka seorang laki-laki akan senantiasa menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan tidak akan pernah menzalimi keluarganya. Pilihlah laki-laki yang paham agama, apabila marah tidak menghina, dan ketika senang, dia memuliakan. Jadi, patokan pertama selalu mengedepankan agama.
2. Perhatikan karakter dan agamanya
- Kelak, setelah ijab kabul terucap, maka dua insan telah terjalin dalam ikatan pernikahan. Kemudian timbullah hak dan kewajiban di antara keduanya. Ikatan pernikahan tersebut akan dikukuhkan dengan akhlak dan karakter. Misal, bagaimana cara pasangan kita merespon situasi yang membuat dia marah, kesal, jengkel, dan sederet emosi lainnya. Sebelum menikah, perhatikanlah bagaimana dia berinteraksi dengan orang yang lebih lemah darinya; anak-anak dan lansia. Juga tak kalah penting, perhatikan bagaimana cara dia marah dan menyalurkan marahnya. Dalam budaya patriarki yang dianut oleh beberapa orang di dunia, perempuan dan anak seringkali dianggap sebagai objek atau sasaran karena dianggap lebih lemah. Hati-hati! Jika tidak mengetahui bagaimana cara dia mengelola emosinya, kelak bisa saja akan mudah terjadi kekerasan dalam hubungan rumah tangga. Karena dalam pernikahan, kamu akan hidup dengan akhlaknya setiap hari.
- Menurutku, memilih seorang laki-laki memiliki pemahaman agama yang baik juga membantu kita mengatasi rusaknya moral di lingkungan kita yang sedang kita hadapi saat ini. Berapa banyak laki-laki fasik yang menjadi kepala rumah tangga yang berbuat amoral pada keluarganya, berapa banyak juga kasus-kasus kekerasan dan kejahatan seksual yang terjadi di dalam lingkungan rumah tangga dan masyarakat.
- Seharusnya sebuah rumah tangga menjadi istana yang penuh pengayoman, pendidikan, perlindungan. Akan tetapi, kini bahkan dalam ruang lingkup rumah tangga pun sudah tidak aman. Lalu, coba bayangkan, jika hal semacam ini tidak dicegah, mau jadi apa tatanan masyarakat Muslim ke depannya? Coba pikirkan.
3. Sekufu
- Perhatikan ini, Dear. Sebelum memutuskan untuk memasuki gerbang pernikahan, ada baiknya menelusuri visi misi pernikahan. Karena akan begitu melelahkan jika harus menyatukan dua orang yang jauh bertolak belakang. Namun bukan berarti hal ini mustahil, akan tetapi lebih baik memilih yang sekufu untuk meningkatkan faktor kelanggegangan rumah tangga. Dalam banyak hal, sekufu juga bisa mencakup: pendidikan, keluarga, keturunan, pemahaman, kesiapan kedua belah pihak dalam mengarungi bahtera pernikahan.
4. Perhatikan tanggung jawab dan kesiapannya
- Hal yang tak kalah penting sebelum menyambut pintu pernikahan adalah sejauh mana kesiapannya dan sikap tanggung jawab sebelum membangun rumah tangga. Memang kemapanan bukan faktor yang utama, tapi hal ini merupakan hal yang juga perlu diperhatikan. Sudah mampu secara finansial menandakan bahwa dia memang sudah lebih siap membangun kehidupan rumah tangga. Tidak harus sudah mapan, tapi seorang laki-laki wajib memiliki sifat bertanggung jawab dan menunjukkan tanggung jawab itu lewat tindakan. Namun demikian, awas terjebak! Karena ada banyak kasus di mana laki-laki hanya berusaha dan bertanggung jawab di awal, menunjukkan keseriusan, dan tampak manis. Namun ternyata setelah menikah, tugas dan tanggung jawab suami dalam memberikan nafkah beralih ke istri. Sang istri yang seharusnya diberi nafkah, istri juga yang menjadi tulang punggung keluarga. Berapa banyak suami yang mampu berleha-leha di saat kondisi istri susah. Duduk di kedai kopi, main game, menonton televisi, bermain judi online, hingga berutang yang menyebabkan kondisi rumah tangga menjadi sangat rumit. Apalagi dunia sekarang dipenuhi oleh kemudahan akses yang ringkas. Beberapa kasus kejahatan dan kriminal berawal dari banyaknya waktu luang yang terbuang sia-sia, sehingga mengakses bebas situs-situs terlarang. Saat istri sedang mencari sumber penghasilan, sang suami berani melakukan hal bejat terhadap anak kandung, anak tetangga, anak tiri, hingga cucu. Beginilah situasi rumitnya pergeseran nilai dan norma-norma di dalam kehidupan saat ini apabila jauh dari agama.
Sebenarnya jauh sebelum bercita-cita ingin menikah, perlu melangitkan doa yang tinggi. Semoga Allah jauhkan rumah tangga kita dari segala bentuk kemaksiatan, perselingkuhan, kekerasan, dan segala bentuk macam aniaya. Berdoalah selalu untuk itu, karena zaman fitnah seperti saat ini sudah begitu mengerikan. Memilih seseorang berdasarkan agamanya sangat penting. Pernikahan adalah sakral dan bernilai ibadah. Jadi, jangan mengotorinya dengan hal-hal yang berbau maksiat. Inilah mengapa pentingnya memilih dan menikah dengan orang yang punya rasa takut pada Allah SWT. Sebab, agamanya menjadi tameng yang akan menghalanginya dalam bermaksiat, baik sebelum dan sesudah menikah. Jadi, pilihlah seseorang yang jika bersamanya sakinah mawaddah wa rahmah akan mudah digapai.
Jodoh memang ketentuan Allah SWT tapi kita diberikan hak untuk memilih (ikhtiar mencari yang salih dan salihah), karena pada dasarnya jodoh itu takdir, bukan qadar. Ikhtiar paling mudah ialah dengan doa, Al-Qur`an sudah memberikan petunjuk untuk meminta jodoh yang baik:
- Q.S. Al-Furqan: 74
- Q.S. Al-Qashash:24
- Q.S. Anbiya: 89