Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Menuju Arah yang Lebih Baik (?)

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Ketika konsumsi rakyat Indonesia meningkat, apakah komoditi lokal menjadi maju?"

Indonesia kini, cenderung mendorong masyarakatnya untuk menciptakan lapangan kerja demi mengurangi angka pengangguran. Di bangku-bangku kuliah, banyak motivator yang sengaja didatangkan untuk memotivasi mahasiswanya memulai usaha kecil (bisnis). Setiap mahasiswa dari setiap jurusan diyakinkan dapat menjadi businessman di bidangnya masing-masing. Lantas, apakah mereka benar-benar menjadi businessman di bidangnya?

Sungguh merupakan pertimbangan berat untuk memajukan negara ini. Ambil contoh di bidang pendidikan. Di sebuah daerah nelayan di Indonesia, dibangun sekolah. Kemudian, seorang anak nelayan belajar di sekolah tersebut dengan mendapatkan beasiswa. Ia bersekolah sampai 9 tahun dan meneruskan SMA-nya dengan beasiswa. Pertanyaannya, menjadi apakah setelah Ia lulus?Ia menjadi businessman di bidang tekstil. Artikel ini tidak dibuat untuk menyalahkan dan menyindir anak tersebut. Ada satu poin penting dimana adanya pembangunan pendidikan di daerah tersebut membuat Indonesia kekurangan ahli di bidang Agrarisme.

Pola pikir apa yang terbentuk pada anak tersebut?Sampai ia ingin melepas darah nelayannya dan pergi mencari uang pada bidang yang lain?sementara, kesempatan untuk memajukan agrarisme di Indonesia terbuka lebar. Apakah hal yang sama terjadi pada para mahasiswa yang kemudian memilih usaha (bisnis) tidak pada bidangnya? Sebenarnya sudah kebiasaan atau lebih tepatnya dari dulu kata orang memang jurusan yang diambil ketika kuliah berbanding terbalik dengan pekerjaan yang diambil kelak. Bila dihitung hanya 30% pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan. Dan hal tersebut sangatlah disayangkan. Karena ketika kita berharap adanya ahli pertanian untuk negara tetapi yang ada adalah pertambahan jumlah analis keuangan negara. Sangat timpang.

Kemiskinan. Mungkin ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan kasus diatas. Setiap masyarakat di negeri ini tentunya ingin mengalami kebebasan finansial. Sehingga mereka cenderung akan mencari pekerjaan atau usaha di bidang yang menguntungkan. Coba bayangkan sekarang online media sudah sangat maju dan berbisnispun lebih mudah karena pemasaran sebagian besar terjadi pada media online yang menyebar dengan cepat. Memang pendapatan rakyat meningkat tahun ini, tapi apakah dengan meningkatnya pendapatan rakyat, negara maju?

Mereka yang mengalami kebebasan finansial lalu menjadi konsumtif. Tetapi barang yang ada dalam negeri adalah produk negeri tirai bambu atau produk fashion branded yang digilai kalangan menengah ke atas. Dimanakah UKM kita?dimanakah produk lokal kita yang sedang dibanggakan?apakah hanya batik?bagaimana dengan komoditi lokal seperti hasil laut, hasil pertanian yang harusnya bisa kita ekspor dan bukan mengimpor beras seperti sekarang?

Bila kita kembali ke perumpamaan anak Nelayan. Mungkin jawaban untuk masalah diatas adalah Pendidikan. Ketika kita ingin memajukan negeri ini, kita juga memajukan pendidikan dengan mendirikan sekolah di daerah-daerah tertinggal. Tetapi pendidikan apa yang kita beri pada mereka?kita mendirikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan program belajar umum. Pengajaran yang diberikan adalah pengajaran umum yang biasa kita terima di kota. Kembali ke perkataan orang dahulu bahwa pelajaran yang kita ambil berbanding terbalik dengan pekerjaan yang kita ambil. Sama dengan anak nelayan ini yang kemudian tergiur pada bidang lain karena pendidikan yang diberikan adalah pendidikan umum.

Solusi yang bisa diambil adalah dengan memberikan pendidikan khusus sesuai dengan mata pencaharian di daerah tersebut. Misalkan daerah anak tersebut adalah daerah Nelayan, lalu pendidikan yang diberikan adalah pengajaran yang berhubungan dengan perikanan, komoditi laut, cuaca, teknik perikanan, dll bisa dimulai dari tingkat pertama pembelajaran atau melalui SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) setelah melewati SD dan SMP umum.  Sehingga tujuan anak tersebut untuk memajukan agrarisme daerahnya akan tercapai dan kedepannya agrarisme Indonesia akan ikut maju.

Solusi lebih berat berlaku pada masalah ketimpangan pekerjaan dengan jurusan yang diambil. Sebenarnya penjurusan dibentuk karena memang ingin menjuruskan pekerjaan. Namun, mungkin kondisinya berbeda ketika tidak ada sesuatu yang menarik pada pekerjaan di jurusan tersebut. Disinilah semua lapisan masyarakat harus bekerja. Motivator yang didatangkan pada seminar kampus harus menjual nilai plus pada pekerjaan di jurusan tersebut, bukan hanya menjelaskan nikmatnya berbisnis. Pemerintah juga harus ikut ambil andil dalam memajukan setiap bidang pekerjaan di negara ini agar rakyat merasakan keuntungan dalam bekerja pada bidang tersebut. Contoh yang paling dasar adalah dengan memajukan infrastruktur negara.

Bila setiap bidang pekerjaan di negara ini telah terpenuhi dengan keseriusan dan fokus, baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas termasuk pemerintahan. Negara ini akan maju secara bersama-sama. Pendapatan tidak hanya naik, melainkan kemajuan di bidang ekonomi yang menyangkut komoditi lokal, kriya, elektronik, bahkan entertainment lokal akan maju. Masyarakat yang meningkat pendapatannya itu lalu akan mengalokasikan perilaku konsumtifnya untuk produk lokal.

Dengan perubahan sederhana yang kita buat, dimulai dari perubahan pendidikan umum menjadi pendidikan khusus bagi daerah tertinggal dan perubahan pengajaran ataupun motivasi umum yang diberikan bangku kuliah menjadi menjurus pada bidang yang sesuai dengan mata pencaharian dan jurusan yang diambil, setiap bidang dalam negara ini akan terpenuhi, tidak hanya dipenuhi oleh kalangan bawah namun juga kalangan atas termasuk pemerintah yang harus mendukung dan memberi fasilitas.

Kemudian bila kita melihat dalam jangka panjang, saat setiap bidang negara ini terpenuhi, terutama dalam komoditi lokal seperti beras dan hasil laut, kita tidak perlu mengimpor ke negara lain lagi. Pendapatan rakyat meningkat di seluruh sektor. Hal ini akan menyebabkan ekonomi negara stabil sehingga investor mulai tertarik menanamkan modalnya di negara ini. Konsumsi rakyat Indonesiapun akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan mereka. Bila dibuat dalam kesimpulan, hasil akhirnya adalah GDP naik, Rakyat Indonesia sejahtera.

Fanny Kartika

Mahasiswa S1 Sekolah Bisnis dan Manajemen

Institut Teknologi Bandung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline