[caption caption="sumber : pribadi"][/caption]Minggu lalu dunia rescue satwa mendadak gempar saat pemilik salah satu tempat penampungan satwa ditemukan meninggal dunia. " ah...manusia meninggal kan wajar? kenapa kemudian mendadak gempar ?"
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami pada keluarga almarhumah, Kegemparan itu disulut emosi kesedihan dan kemarahan dari hampir seluruh komunitas pemerhati kesejahteraan satwa, bukan kematian pemiliknya yang bikin kami marah, kasian amat sudah meninggal masih juga dimarah-marahi, ya kan ? Kami menangisi kematian dan penderitaan anjing dan kucing di tempat penampungan tersebut, saat didatangi kondisi anjing dan kucing disana sungguh-sungguh mengerikan, bangkai anjing bergeletakan, terbujur kaku dengan kondisi yang nyaris membuat sebagian dari kami gila berlipat ganda. Beberapa ditemukan mati di dalam kandang dalam kondisi kurus kering dan sebagian bahkan sudah membusuk.
Tempat yang seharusnya menjadi rumah paling aman dan telindung malah menjadi neraka jahanam buat anjing-anjing dan kucing-kucing disana, shelter itu jadi tempat pembunuhan anjing dan kucing secara perlahan, mengerikan.. kejadian ini nyaris pantas disebut sebagai tragedi.
Ada dugaan kuat bahwa kematian mereka disebabkan karena kelaparan dan kehausan, ah...hancur rasanya hati ini setiap detik membaca updates tentang kasus tersebut, satu demi satu fakta mengerikan bermunculan dan pertanyaan pun muncul tanpa bisa dibendung, " apakah hidup mereka akan berbeda jika tidak ditampung disana ?" " apakah mereka akan lebih bahagia jika tetap berkeliaran di jalanan ?" "kenapa ngotot menampung anjing dan kucing jika kemudian terbukti tidak mampu mengurus mereka ?" " kenapa pemerintah tidak mengawasi tempat-tempat penampungan?"
[caption caption="sumbet: pribadi"]
[/caption]
Questions over questions… And I keep thinking, there must be something like community building! Why don’t these individuals who really cares pool resources and create a sustainable model?
Apparently, quite a number of female/male individuals operate their own private shelters outside of Jakarta. This is great! But wait a minute… what will happen to all of these hundreds of dogs and cats once these women/men pass on? Who will take care of the animals, where will the money come from, how is this system sustainable?
Saya punya seabreg kawan yang memiliki organisasi sendiri yang peduli pada satwa, walau kami beda organisasi tapi komunikasi kami terjalin baik, tak jarang diantara mereka saling bantu jika ada kasus yang tak bisa mereka tangani sendiri. Lalu kenapa bisa ada kejadian anjing dan kucing dalam salah satu penampungan sampai mati kelaparan ? jikapun ada yang bertahan hidup sebagian organ tubuhnya sudah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi? Kadang kita menutup mata dari kenyataan bahwa orang yang kita nilai rescuer ternyata tak lebih dari seorang animals hoarder.
Andai kalian ada dalam group WA dimana semua kendali atas penyelesaikan dan proses penyelamatan kasus penampungan di Gunung Sindur dikoordinasikan, kalian selain mengucurkan airmata sedih juga akan merasa bangga mempunyai kawan-kawan yang begitu kompak dan bahu-membahu menolong semua anjing dan kucing yang ada disana. Kalian akan melihat bagaimana mereka menanggalkan "seragam" organisasi dan memakai baju berjudul sama, baju berjudul "Manusia". iya..manusia yang hati dan nalarnya berfungsi sempurna. Kalian akan takjub melihat rupiah demi rupiah terkumpul dari para donatur, pintu-pintu klinik yang terbuka lebar, dan satu per satu anjing dan kucing yang masih bertahan perlahan membaik kondisinya. itu yang saya sebut sebagai semangat.
Yang menjadi pekerjaan selanjutnya adalah bagaimana melakukan upaya agar kejadian serupa tidak terulang ? Kami sering berkumpul dan membahas hal ini :
1. Pentingnya menggaungkan sterilisasi ( spay and neuter ) pada anjing dan kucing, kita semua mahfum bahwa over populasi adalah sumber segala masalah satwa terdomestikasi terutama anjing dan kucing.