Dewasa ini, kita telah mengetahui bahwa kebutuhan dan keinginan manusia akan bertambah, dan kedepannya mungkin akan terus bertambah. Bersamaan dengan itu, beban yang kita miliki juga akan semakin berat seiring dengan bertambahnya usia. Mungkin di antara kalian ada yang merasa lelah dengan kehidupan sosial yang ada, merasa berat dengan pendidikan yang sedang ditempuh, mengalami masalah pekerjaan yang tak kunjung selesai, atau bahkan merasa jenuh dengan aktivitas yang berulang tiap harinya.
Dengan berbagai macam permasalahan dan tekanan yang ada, diperlukan kegiatan lain guna mengalihkan pikiran dan menghindari stress yang berkepanjangan. Bermain game merupakan salah satu kegiatan penghiburan diri paling populer di kalangan generasi muda Indonesia. Tidak sedikit orang-orang baik dari yang masih kecil hingga dewasa, baik dari kalangan bawah maupun atas yang tidak segan untuk melakukan konsumsi berupa pembelian dalam game.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, game juga mengalami kemajuan. Mulanya game hanya terbatas berupa permainan tradisional yang dimainkan bersama teman-teman seperti gerobak sodor, petak umpet dan sejenisnya. Hingga pada akhirnya permainan itu berkembang menjadi game yang bisa dimainkan secara individu dalam gadget masing-masing. Game online merupakan game dalam gadget, dan merupakan salah satu jenis game yang paling sering dimainkan oleh para generasi muda Indonesia karena sifatnya yang praktis dan mudah untuk diakses serta lebih menarik dari game-game yang lain.
Pada dasarnya, semua game memiliki konsep dan tujuan yang sama yaitu menerima tantangan dan mendapatkan kemenangan yang sesuai dengan kepuasan. Lantas apa sih yang membuat kebanyakan orang jadi harus mengeluarkan uang untuk game yang mereka mainkan walaupun keadaan ekonomi sedang terdesak? Sebelum membahas lebih lanjut, kita akan membahas sedikit tentang tipe pemain game yang biasa ditemui.
Tipe pertama, tak lain dan tak bukan adalah Free to Play player. Kebanyakan orang biasa menyebutnya sebagai pemain gratisan. Biasanya orang dengan tipe ini memiliki niat murni bermain game untuk menghilangkan kepenatan dan kebosanannya.
Jika ada waktu luang, dia hanya sekedar bermain dan tidak tergiur untuk menggunakan uangnya. Dia merasa sia-sia untuk merogoh dompetnya karena dia sendiri tidak terlalu mendalami game yang dimainkan. Sebaliknya, tipe Pay to Play player merupakan pemain yang berani mengeluarkan uang asli mereka demi mendapatkan hasil terbaik. Mereka memang melakukan sejumlah pembelian untuk memaksimalkan akun yang mereka miliki, namun dalam jangka pendek. Bisa dibilang mereka adalah tipe normal yang belum sepenuhnya menjadi seorang maniak. Namun jika kegiatan konsumsi dalam game itu terus berlanjut, tipe ini akan menjadi seorang Pay to Win player, yaitu mereka yang sudah tidak lagi memperhitungkan nominal pengeluaran yang mereka gunakan untuk game yang mereka tekuni. Mereka yang sering disapa P2W akan terus melakukan top up dan mulai terbiasa membelanjakan uangnya untuk memperkuat dan mempercantik akun game yang dimilikinya, baik untuk kepuasan semata atau bahkan sebagai ladang penghasilan. Kebanyakan tipe P2W ini merupakan korban dari sistem dalam game yang berkedok Free to Win. Strategi inilah yang biasa digunakan oleh developer (pembuat game) dalam menarik minat para pemainnya.
Sebagai seorang player, pastinya kita dapat menyadari beberapa strategi yang dilakukan oleh developer (pembuat game) untuk menarik perhatian pemainnya dalam melakukan pembelian barang-barang virtual, di mana hal tersebut lama kelamaan akan menumbuhkan sifat konsumtif. Tanpa basa-basi lagi, mari kita bahas dan uraikan lebih lanjut.
1. Developer Hadirkan Advantage
Semua game online pada awalnya memang dapat diunduh secara gratis, dan semua player juga awalnya adalah seorang Free to Play player. Namun jika kita teliti dengan seksama, pasti kita dapat menemukan adanya sistem Pay to Win di dalamnya. Game P2W adalah segala jenis game yang menjadikan advantage dalam game sebagai komoditas. Bentuk advantage tersebut dapat berupa barang premium yang fungsinya lebih baik dari barang gratisan. Sering kali developer membuat beberapa barang langka dalam jangka waktu tertentu (event terbatas) dan hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang melakukan pembelian. Karena adanya bentuk advantage yang terbatas tersebut, terkadang membuat beberapa pemain mengincarnya agar akun miliknya menjadi makin kuat dan terkesan mewah, apalagi jika pemain tersebut memiliki jiwa pamer. Strategi ini dapat dijumpai di berbagai genre game online mana pun.
2. Adanya Pembatasan Waktu Bermain
Adapun yang namanya pembatasan waktu bermain dan menjual kesempatan untuk bermain lebih lama. Game dengan mode ini awalnya juga berbentuk F2P, namun jika energi atau kesempatan yang dimiliki oleh karakter dalam game sudah habis, maka pemain tidak dapat memainkannya lagi dan menunggu cooldown (jeda agar terisinya energi atau kesempatan kembali). Hal ini dapat menjengkelkan pemain karena mereka dipaksa berhenti di tengah perjalanan. Hal ini juga dapat menghambat sistem progresi, bisa berupa level, rank, koleksi karakter, equipment atau item berharga, dan sebagainya yang memerlukan adanya resource (gold, exp, upgrade, dan lain-lain), termasuk waktu bermain. Semakin lama waktu bermain, maka semakin cepat pula pemain dapat mengumpulkan resource tersebut. Bagi seorang F2P, hal ini mungkin tidak akan terlalu mengganggu mereka karena mereka menganggap waktu bermain telah usai dan tinggal menunggu cooldown di lain waktu. Namun untuk pemain yang tidak sabaran, mereka akhirnya akan membeli kesempatan untuk bermain lagi agar akun yang dimiliki jadi lebih kuat dan lebih cepat berkembang dibanding pemain lain. Inilah yang dapat memicu antara pemain F2P dan P2P yang mana terdapat perbedaan level yang makin tinggi diantara mereka.