Lihat ke Halaman Asli

Fani Velenia

| Content Writer | Bachelor of German Language Education

Gaji Naik tapi Biaya Hidup Makin Melonjak, Apa yang Harus Dilakukan?

Diperbarui: 12 November 2024   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Biaya Hidup Makin Mahal?

Ada pepatah yang mengatakan, "Tak ada yang gratis di dunia ini." Nah, mungkin pepatah itu sudah sangat relevan saat ini, terutama ketika membahas soal biaya hidup yang terus meningkat. Bahkan meskipun gaji bulanan naik, rasanya dompet tetap cepat habis. Entah itu karena harga bahan makanan yang terus merangkak naik, biaya transportasi yang nggak ada habisnya, atau sewa tempat tinggal yang semakin menggila. Kenapa sih biaya hidup bisa melonjak begitu pesat?

Pertama-tama, ada banyak faktor yang memengaruhi kenaikan biaya hidup. Salah satu yang paling signifikan adalah inflasi. Inflasi itu sendiri adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu, yang pada gilirannya membuat daya beli kita menurun. 

Misalnya, kalau dulu dengan uang Rp 100.000 bisa beli banyak barang, sekarang mungkin cuma bisa dapet beberapa barang yang lebih sedikit. Bahkan, kalau dihitung-hitung, harga barang-barang pokok pun naik hampir tiap bulan! Gimana nggak, harga bahan baku yang makin mahal, ditambah biaya distribusi yang juga ikut naik.

Di sisi lain, biaya hidup juga dipengaruhi oleh kenaikan harga energi, seperti listrik, gas, dan BBM. Ketika harga energi naik, hampir semua sektor yang bergantung pada energi, seperti transportasi dan distribusi barang, akan ikut terdampak. 

Akibatnya, harga barang-barang yang kita beli di pasar pun ikut terpengaruh. Ini bikin semua serba terasa mahal, meskipun gaji sudah naik beberapa persen. Jadi, meskipun mungkin merasa gaji bulanan sudah cukup besar, ternyata kenaikan biaya hidup bisa membuat uang yang ada di kantong terasa lebih cepat habis.

Gaji Naik, Tapi Ujung-Ujungnya Cuma Cukup Untuk Hidup?

Gaji yang naik memang bisa memberikan sedikit angin segar, apalagi kalau sudah lama menanti kenaikan gaji yang diinginkan. Namun, kenyataannya banyak yang merasa kenaikan gaji tersebut tidak sebanding dengan lonjakan biaya hidup. Misalnya, meski gaji naik 10% dalam setahun, harga bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari mungkin sudah naik lebih dari itu. 

Jadi, meskipun ada kenaikan pendapatan, perasaan tetap kekurangan. Kok bisa?

Salah satu alasan utama kenapa meskipun gaji naik, tetap terasa kekurangan adalah ketimpangan antara kenaikan gaji dan inflasi. Gaji memang naik, tetapi inflasi (kenaikan harga barang dan jasa) sering kali lebih cepat daripada kenaikan gaji. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun, bahkan meskipun ada peningkatan pendapatan. 

Jadi, meskipun nominal gaji bertambah, jumlah barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang tersebut menjadi lebih sedikit. Dan ketika biaya hidup naik, gaya hidup pun secara tidak langsung terpengaruh, bahkan bisa jadi terasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Selain itu, gaya hidup yang semakin "berkembang" juga turut mempengaruhi pengelolaan keuangan. Banyak orang merasa perlu mengikuti tren atau hidup lebih "mewah" agar terlihat lebih sukses atau up-to-date, padahal tanpa disadari hal ini justru bisa menambah beban finansial. Misalnya, belanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau menghabiskan uang untuk hiburan yang kurang bijaksana. Ketika gaji naik, terkadang kita merasa bisa "lebih boros" dan akhirnya uang yang seharusnya bisa ditabung atau dialokasikan untuk keperluan lain malah habis begitu saja.

Apa yang Harus Dilakukan Agar Keuangan Tetap Sehat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline