Ibu Mariani adalah seorang penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), yang tinggal di Kecamatan Pontianak Timur, Desa Tembelan Sampit, beliau sudah berusia 43 tahun, ibu tersebut bekerja sebagai pengurus rumah tangga, pendidikan terakhir ibu tersebut adalah Sekolah Dasar, suami ibu Mariani bernama pak Obus bekerja sebagai tukang yang bekerja dalam membongkar, memasang, dan memperbaiki peralatan rumah untuk orang sekitarnya serta membangun rumah, atau pun ruko jika sudah ada panggilan perkerjaan dari pihak atasan nya.
Mereka memiliki jumlah tanggungan sebanyak 4 orang, jumlah yang tinggal dalam satu rumah yaitu 5 orang yang terdiri dari kepala rumah tangga, ibu rumah tangga, 2 orang anak, 1 adik dari ibu Mariani, umur anak pertama ibu Mariani berumur 13 tahun dan sedang duduk di bangku SMP, untuk anak kedua berumur 5 tahun dan sedang duduk di bangku Paud, adik laki- laki dari ibu Mariani sudah bekerja dan bekerja di Kapuas Palace dan adik nya bukan merupakan tanggungan keluarga lagi, melainkan menanggung diri nya sendiri.
Taraf hidup rumah tangga beserta kondisi rumah dan aset yang dimiliki
Pak Obus memiliki pendapatan sebanyak Rp100.000,00 per hari nya dan terkadang itu pun tidak menentu karena sistem pekerjaannya tidak setiap saat, namun jika mendapat panggilan 1 minggu penuh untuk berkerja sebagai tukang, maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp600.000,00 per minggu, keluarga tersebut mendapatkan bantuan PKH berupa bantuan untuk anak sekolah dan balita, mereka menerima bantuan setiap 2 bulan sekali, bantuan nya berupa uang tunai sebesar Rp750.000,00 bantuan PKH berupa bantuan tunai didapat sejak dari tahun 2023 - sekarang. Bantuan tersebut digunakan untuk fasilitas layanan pendidikan (fasdik) anak dan kebutuhan sehari-hari, sesuai data yang telah didapatkan keluarga tersebut juga telah mendapatkan bantuan sejak tahun 2020 dan masih berlaku sampai sekarang, di tahun 2020 bantuan yang diterima keluarga tersebut tidak berupa tunai melainkan non tunai, bantuan nya berupa besar sebanyak 10 kg, dan sembako lainnya dan jika ditunai kan total bantuan tersebut sebesar Rp200.000,00.
Namun di tahun 2023 bantuan non tunai tersebut diganti menjadi bantuan tunai. Pengeluaran keluarga ibu Mariani selama sebulan sekitar Rp800.000,00-Rp1.000.000,00 sudah termasuk biaya makan sehari-hari, sembako, dan kebutuhan lainnya. Dari bantuan yang telah didapatkan sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari dan jika masih ada uang yang tersisa maka mereka tabung untuk keperluan mendesak.
Untuk frekuensi makan dalam satu hari sebanyak 2-3 kali sehari. Status rumah milik Ibu Mariani adalah bukan milik pribadi melainkan milik orang tua nya, luas rumah mereka memiliki yaitu dengan panjang 12 m, lebar 5 m, luas tanah memiliki panjang 14 m, lebar 6 m.
Dinding rumah mereka berkayu, atap rumah berseng dan tidak memiliki plafon, lantai rumah setengah semen, dan ada yang berkayu di bagian dalam ruangan, jumlah ruangan yang dimiliki yaitu sebanyak 5 ruangan, terdiri dari 2 ruang kamar, dapur, ruang tamu dan toilet, kondisi ruangan tersebut juga sangat kecil dan tidak luas, kondisi di bagian dapur ujung sudah tidak layak lagi dapur nya hanya ditutup dengan terpal dan seng, terdapat banyak tembok yang rusak dan bolong serta banyak barang tertumpuk yang sudah tidak terpakai dan terdapat banyak baskom penadah air hujan.
Kondisi rumah ibu tersebut sangat berantakan di bagian belakangnya karena terdapat banyak barang akibat dari tidak ada ruang gudang untuk menyimpannya dan terdapat kayu- kayu yang hampir rapuh, informasi dari ibu tersebut bahwa rumah yang mereka tempati hampir saja ingin dibedah tetapi tidak jadi karena tidak ada biaya bedah sehingga mereka tetap bertahan dengan kondisi rumah yang seperti itu.
Sumber air minum yang mereka gunakan adalah air hujan, yang ditadah kemudian dimasak mereka dan baru lah layak untuk mereka minum, sumber air mandi mereka yaitu parit di depan rumah, tempat mandi dan cuci mereka menggunakan parit depan rumah kondisi air parit tersebut kotor dan terdapat banyak sampah masyarakat dan juga yang biasanya di sungai Kapuas, tempat pembuangan air besar di wc milik pribadi, walaupun mereka memiliki wc pribadi untuk menghemat pengeluaran biaya air mereka menggunakan air parit di depan rumah untuk aktivitas sehari-hari mereka.