Lihat ke Halaman Asli

Fania Meilina

mahasiswa

Pembiasaan Siraman Rohani di SD Negeri Kemirirejo 1

Diperbarui: 22 Mei 2024   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1 Siraman Rohani/dokpri


SD Negeri Kemirirejo 1 membiasakan siswa siswinya untuk mendengarkan siraman rohani yang disampaikan oleh Bapak M.Malik Abdul Karim selaku guru agama islam di SD Negeri Kemirirejo 1 setiap hari rabu, tepatnya 30 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Pada kesempatan kali ini, tepatnya pada hari Rabu, 22 Mei 2024, mahasiswa PLP 1 Universitas Muhammadiyah Magelang ikut serta mendengarkan dan mendampingi bersama salah satu kelas di SD Negeri Kemirirejo tersebut.

Tujuan dari pembiasaan ini, para guru berharap agar siswa selalu mengingat surat- surat pendek, serta sebagai penghantar pembelajaran agar siswa lebih konsentrasi dalam proses pembelajaran, mengembangkan karakter religius siswa, juga memberikan landasan moral yang kuat bagi perkembangan pribadi anak agar siswa mampu mengontrol diri sendiri terhadap hal-hal yang negative.

SD ini memiliki cara unik dalam melaksanakan siraman Rohani ini, yang mana disampaikan melalui microfon yang disampaikan dari ruang siaran, sementara siswa mengikuti siraman Rohani ini dengan berada di masing-masing kelas. Meski siswa berada di ruang kelas, siswa tetap tertib dan aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bapak Karim.

Pada kala itu, pembiasaan diawali dengan membaca surah Al-Fatihah yang dilanjutkan dengan pembacaan juz 'amma, yaitu dengan membaca dan mengkaji surah Al-Qari'ah, At-Takatsur, Al-Asr, Al-Fiil, Al-Kutsar, Al-Lahab, Al-Falaq, An-Naas. Bapak Karim mejelaskan satu persatu kajian dari surah -surah tadi, salah satunya Surah Al-Lahab yang berisi tentang paman Nabi Muhammad SAW. Yang membenci perjuangan Nabi Muhammad SAW.dalam menyebarkan agama islam,serta istrinya yang bernama Ummu Jamil binti Harb yang mempunyai kebiasaan menyebarkan fitnah terhadap Nabi Muhammad SAW.maka ia dijuluki dengan "pembawa kayu bakar". Dari kajian itu siswa diajarkan untuk tidak menerima informasi tanpa di cerna terlebih dahulu dan jangan langsung di sebarkan karena itu termasuk fitnah.

Kegiatan ini di akhiri dengan membaca tashdiq bersama sama, dan dilanjutkan dengan pembelajaran seperti biasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline