Jiwa seni sudah melekat dalam diri saya. Hal ini terlihat sejak saya masih kecil. Dulu saya suka menggambar bahkan sering mengikuti lomba menggambar di sekolah.
Walaupun bukan juara pertama setidaknya saya bisa merasakan menjadi juara kedua atau ketiga. Seringkali kalah juga. Tapi hal itu tidak menjadi masalah. Partisipasi aktiflah yang menjadi tekad saya kala itu untuk mengikuti berbagai lomba menggambar dan mewarnai.
Bahkan saking hobinya dengan yang namanya menggambar, menginjak bangku SMP saya sering menggambar ulang tokoh-tokoh kartun kesukaan saya. Salah satunya yaitu Sailormoon. Ya, saya suka sekali dengan film kartun yang satu itu. Setiap kali ada buku atau pun majalah dimana di dalamnya terdapat kartun Sailormoon, saya langsung mengambil buku dan menggambar ulang. Lalu mewarnainya dengan pensil warna sesuai dengan warna yang ada. Kemudian saya simpan buku tersebut supaya menjadi kenangan. Kebetulan saat itu saya tidak punya buku gambar karena masih belum sanggup membeli. Yang ada hanyalah buku bergaris seukuran folio yang biasanya digunakan oleh perkantoran untuk pencatatan arsip. Maklumlah di dalam keterbatasan yang saya punya kala itu, buku tulis pun saya jadikan buku gambar untuk menuangkan jiwa seni menggambarku.
TERJERUMUS DI DUNIA ARSITEKTUR
Sampai akhirnya ketika mau kuliah saya memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Arsitektur sebagai pilihanku. Jiwa seniku lagi-lagi mendorongku untuk memilih jurusan tersebut.
Saat terjun dan terjerumus di dunia Arsitektur ini, akhirnya saya mulai diperkenalkan bagaimana menggambar yang baik dan bagaimana mengkomposisikan warna yang baik. Memadupadankannya sehingga menciptakan sesuatu yang indah dan enak dilihat. Memang itulah tugas seorang calon Arsitek. Tak hanya pintar gambar saja, tapi harus mampu menciptakan bangunan baik interior maupun eksterior dengan padu padan warna yang mampu menciptakan kesan ruang serta psikologis seseorang. Ibarat kata warna adalah sebuah seni art4all.
MENGENAL WARNA
Menggambar yang baik yaitu bagaimana menarik garis sehingga menciptakan tarikan yang lurus tanpa menggunakan penggaris. Menggambar yang baik juga menentukan apakah gambar yang kita buat itu seimbang dan tidak distorsi. Apalagi kalau membuat gambar perspektif. Menggambar yang baik juga dilihat dari bagaimana mengkomposisikan warna terhadap gambar yang kita buat.
Di dalam pelajaran mata kuliah Gambar Arsitektur kami para mahasiswa diwajibkan membuat lingkaran warna. Saat itu saya jadi tahu yang namanya lingkaran warna. Saya takjub sendiri karena baru kali ini tahu bahwa warna begitu banyak. Di dalam lingkaran warna itu saya pun belajar, bahwa warna terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Warna primer. Dimana ada 3 warna primer yang jika dipadupadankan akan menghasilkan beragam warna yang berbeda-beda dan indah. Warna primer adalah warna dasar dalam lingkaran warna yang terdiri dari warna merah, kuning dan biru. Warna primer inilah yang menjadi pusat dari terciptanya warna-warna lainnya / turunannya.
2. Warna Sekunder. Yaitu warna yang merupakan pencampuran antara dua warna primer dengan perbandingan yang sama sehingga menghasilkan warna-warna seperti orange, hijau dan ungu. Contoh pencampuran warnanya yaitu warna merah dan biru apabila dicampur akan menghasilkan warna orange.
3. Warna Tersier yaitu campuran antara warna primer dan skunder di sebelahnya dengan perbandingan yang sama. Contohnya yaitu warna hijau toska yang merupakan pencampuran antara warna hijau dan biru. Begitu juga warna indigo yang merupakan pencampuran dari warna ungu dan biru.