Lihat ke Halaman Asli

Dampak Psikologis Anak Akibat Perceraian Orangtua

Diperbarui: 16 Mei 2023   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perceraian (Sumber: Thinkstock)

Perceraian orang tua adalah peristiwa yang sangat mengubah kehidupan suatu keluarga, terutama bagi anak-anak yang terlibat dalam situasi ini. Anak seringkali menjadi korban tidak langsung dari konflik yang terjadi antara kedua orang tua mereka. 

Dampak psikologis akibat perceraian ini sangat besar kepada anak, terutama anak yang berusia 7-13 tahun dimana mereka masih sangat bergantung pada orang tua, namun sudah memiliki kesadaran untuk berpikir logis.

Seringkali orang menganggap jika pengaturan pertemuan ayah dan ibu dilakukan secara baik dan berkala, maka anak tidak akan merasa perubahan apapun. Padahal, sebenarnya belum tentu, perceraian orang tua tetap berdampak besar pada anak. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak psikologis yang mungkin dialami oleh anak setelah perceraian orang tua.

Salah satu dampak perceraian orang tua terhadap anak adalah stres emosional. Anak-anak sering mengalami kebingungan, kehilangan, dan perasaan tidak aman akibat perubahan mendadak dalam situasi kehidupan keluarga mereka. 

Mereka mungkin merasa sedih, marah, cemas, dan bingung tentang apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak-anak yang lebih kecil dibawah usia 7 tahun mungkin bahkan tidak sepenuhnya memahami konsep dari perceraian, tetapi tetap merasakan perubahan dalam rutinitas sehari-hari dan interaksi dengan orang tua mereka.

Selain itu, anak-anak yang mengalami perceraian orang tua mereka juga berisiko mengalami masalah perilaku. Mereka mungkin menunjukkan perubahan dalam perilaku mereka, seperti mendadak menjadi pendiam. 

Keriangan anak dapat menjadi berkurang ketika orang tuanya tidak bersamanya lagi. Hal ini disebabkan karena anak memiliki banyak kebingungan dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dia curahkan ke orang lain. Anak cenderung sering melamun dan tidak aktif seperti biasanya.

Sumber Foto: Merdeka.com

Lebih parah lagi, anak dapat berubah menjadi agresif. Karena setiap individu berbeda dalam menyikapi suatu perubahan. Ada anak yan menjadi pendiam, namun ada juga yang berubah menjadi agresif seperti cepat marah, sering memukul orang lain dan benda disekitar, maupun memecahkan barang-barang, itu tandanya anak mencari perhatian dan kasih sayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline