Lihat ke Halaman Asli

Mengulik Rahasia Suksesnya Kampung Ramadhan Jogokariyan

Diperbarui: 2 April 2023   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: dokumen pribadi

Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim dari segala penjuru dunia. Pasalnya, bulan Ramadan adalah saat dimana seluruh pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada momen inilah umat muslim sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mereka untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Menanggapi datangnya bulan suci Ramadan tahun 2023 atau 1444 Hijriah, Kampung Ramadhan Jogokariyan kembali digelar, setelah tahun sebelumnya ditiadakan akibat adanya pandemi Covid-19. Kampung Ramadhan Jogokariyan sendiri merupakan pasar aneka jajanan baik berupa makanan maupun minuman yang digelar di sekitaran Masjid Jogokariyan.

Mengenal sedikit sejarah Masjid Jogokariyan, masjid ini mulai dibangun sejak tahun 1966. Sebelumnya, Kampung Jogokariyan tidak memiliki masjid, sehingga kegiatan keagamaan dan dakwah dilaksanakan di sebuah langgar kecil di pojok kampung, terletak di RT 42 RW 11.

Pembangunan Masjid Jogokariyan tak lepas dari peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada kala itu, Sultan Hamengkubuwono IV membuka Kampung Jogokariyan dikarenakan sesaknya ndalem Beteng Baluwerti di Keraton. Sehingga, Prajurit Kesatuan Keraton dipindahkan ke selatan benteng, tepatnya di sebelah utara Panggung Krapyak. Tempat itu kemudian menjadi tempat tinggal para prajurit keraton yang diberi nama "Kampung Jogokariyan".

Pada masa Sultan Hamengkubuwono VII terdapat perubahan peran prajurit di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang semula merupakan prajurit perang hanya menjadi prajurit upacara dan dipersempit yang semula berjumlah 750 orang menjadi 75 orang saja. Akibatnya, banyak abdi dalem yang kehilangan jabatan dan pekerjaan.

Terjadilah perubahan sosial ekonomi yang drastis, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan PKI ini disambut antusias oleh warga Jogokariyan yang termarjinalisasi, sehingga Jogokariyan menjadi basis PKI yang didominasi oleh warga miskin dan buruh.

Pada saat meletusnya G30S PKI 1965, banyak warga yang ditangkap dan dipenjara sebagai tahanan politik. Dalam masa-masa kritis ini, Masjid Jogokariyan dibangun dengan tujuan menjadi alat perekat untuk melakukan perubahan sosial ke masyarakat Jogokariyan yang berkultur Islam.

Pada masa kini, Masjid Jogokariyan selalu aktif dalam membangun aktivitas keIslaman warganya. Bahkan dalam bulan-bulan selain bulan Ramadan, Masjid Jogokariyan masih tetap ramai dikunjungi tidak hanya oleh warganya, namun juga oleh wisatawan yang ingin sekedar berkunjung atau melakukan studi banding.

sumber foto: dokumen pribadi

Kembali ke topik utama artikel, untuk dapat mengulik rahasia suksesnya Masjid Jogokariyan dalam mengadakan Kampung Ramadhan Jogokariyan, saya berkunjung ke Masjid Jogokariyan. Di sana, saya berhasil mewawancarai seorang remaja masjid yang bernama Akmal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline