Lihat ke Halaman Asli

Fandi Umar

Mahasiswa

Cerpen | Mengenang; hari-hari yang Telah Hilang

Diperbarui: 22 Desember 2019   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Berada dalam lingkungan organisasi terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga sebagai wadah pertama yang menyediakan segala sesuatu menuju dewasa. Artinya, dari sanalah kita belajar segala hal, mulai dari membaca, makan, bahkan mengucap.

Di dalamnya menyediakan kehangatan, keharmonisan, pun kasih sayang yang begitu hangat. Ayah, ibu, kakak, adik dan orang paling istimewa ialah kakek dan nenek. Orang-orang tersebut yang paling dirindukan saat pulang. Berkumpul dengan mereka, seolah menciptakan rasa aman.

Ketika libur tiba, semua bergegas kembali ke kampung halaman masing-masing. Tetapi bagi sebagian orang, pulang adalah luka paling dalam. Sebab; mereka kembali untuk mengenang hari-hari yang telah berlalu. Sudut kamar yang masih tersisa bau Ayah dan Ibu, pastilah akan menjadi bagian yang paling dirindukan dari rumah kenang. Mungkin ada penyesalan-penyesalan yang tidak mungkin lagi dapat diubah.

Momentum perayaan hari Ibu, adalah hari di mana banyak anak-anak menyampaikan kasih sayang mereka pada sang Ibu, dengan berbagai bentuk dan cara. Tetapi pada saat itu juga ada ribuan tetes air mata, baik sebagai bentuk penyesalan atau sekadar mengenang hari yang tidak bisa kembali dinikmati, bersama orang-orang tersayang yang telah terpisah, pun yang telah tiada.

Meski tubuh, terpisah oleh jarak atau bahkan terkubur bersama waktu. Namun; ingatan akan hari-hari lalu bersama mereka akan tetap tumbuh subur dan abadi di sini.

Selamat hari Ibu, untuk semua Ibu dan selamat mengenang hari-hari yang telah hilang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline