Kalah Pengalaman, Bukan Kelas
“Muenchen bagai gedung pencakar langit yang sudah terbentuk”. Tak perlu memutar otak untuk memahami pujian dari mulut Antonio Conte tersebut. FC Bayern Muenchen memang tampil tanpa cela saat dua kali menghempaskan Juventus di perempat final Liga Champion. Solid di semua lini dan penuh determinasi saat memborbardir atau ditekan lawan. Muenchen tahu betul cara memaksimalkan handicap mencolok antara mereka dan Juventus : pengalaman.
Ya, pengalaman sungguh menjadi pembeda kedua tim di panggung delapan besar. FC Hollywood lagi-lagi berbekal status unggulan seturut catatan apik di LC. Dua status runner-up dalam tiga edisi terakhir tentu bukan sembarang pencapaian. Bahkan sang juara bertahanChelsea bisa divonis “beruntung” karena Muenchen begitu superior menapak final musim lalu.
Tambahkan faktor penasaran di atas dengan kelengkapan materi The Bavarian. Sejak Jupp Heynckes menakhodai Muenchen pada musim 2010/2011, skuad inti tak banyak berubah. Darah lokal tetap menjadi tumpuan, dengan tambahan beberapa pemain muda asing berkualitas paten. Javier Martinez dan Mario Mandzukic adalah sampel kejelian pihak Bayern dalam urusan transfer.
Juventus di sisi lain bermodal rekor tak terkalahkan saat menjuarai serie-A musim lalu. “Mitos” Lo Spirito Juve berhasil dihidupkan kembali oleh Conte dan pasukannya. Kelemahan di sektor lini gedor tertambal oleh pertahanan ketat bak batu karang.
Walhasil, ekspektasi tinggi mulai menggerogoti seisi Turin karena si Nyonya Tua sudah dua tahun absen di LC. Tak lantas dibebani meraih juara tentunya, asal jiwa Lo Spirito mampu menggema di Benua Biru. Untuk laju di putaran grup hingga perdelapan final, Juve sanggup menapaktilasi jejak di Serie-A ke LC.
Well, ketika akhirnya optimisme khas “pendatang baru” bersua pengalaman, tak bakal ada yang heran jika kemenangan diraih oleh kubu perpengalaman. Muenchen pernah ditekuk Inter Milan di partai puncak dan kini jauh lebih siap menghadapi pertahanan tangguh ala Italia. Heynckes merapatkan jarak antar lini permainan dan itu membuat Juventus mati langkah di leg pertama.
Leg 2-pun menjadi ajang pamer konsentrasi penuh Manuel Neuer dkk. mencegah Juve mencetak gol. Pada akhirnya, Conte mungkin tersulut oleh dua gol yang dibukukan Mandzukic dan Pizzaro. Seakan menyindir efektivitas penyerang Si Zebra, keduanya mampu menjebol jala Buffon lewat situasi serangan balik di tengah dominasi tuan rumah.
Apapun itu, Juventus pantang bersedih atas dua kekalahan kontra tim kaya pengalaman di level tertinggi. Musim depan masih teka-teki, namun Conte sudah mengantongi pengalaman pahit ditekuk calon juara. Amankan scudetto, bidik pemain sesuai kebutuhan, dan La Vecchia Signora akan kembali menapak fase yang lebih tinggi di LC musim depan!
Forza Juve!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H