Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Palestina Riwayatmu Kini, Upaya Pembungkaman Kebenaran

Diperbarui: 14 Mei 2024   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: liputan6.com

Hiruk-pikuk itu terjadi, pengungsi diusir paksa dengan kertas selebaran dari udara bak bukan manusia. Dan Rafah pun dihancur leburkan

Nurani ini menggelitik. Mengapa kekerasan dan kejahatan perang terus terjadi di Palestina tanpa ada yang mampu menghentikannya? Jangankan PBB, ICC pun seakan seperti macan ompong yang hanya berfungsi untuk menyatakan tapi tak kuasa menghentikan.

Sementara Israel, yang seakan anak manja, kian merajalela. Atas nama luka hati dan kehormatan akibat penyerangan di 7 Oktober, makin membabibuta membumihanguskan Palestina. Sebuah dendam kesumat yang memberi kesan kuat pembersihan etnis alias genosida.

Meski pada awalnya negara Zionis ini kekeuh tak mau disebut melakukan genosida. Namun 35 ribu nyawa warga Palestina yang melayang membuktikannya, sebagian besar terdiri dari wanita, orang lanjut usia, anak-anak dan bayi prematur tak berdaya. Bahkan yang lebih mengerikan, banyak diantara mereka yang dikubur hidup-hidup dengan tangan terikat. Lebih mengiris hati lagi, organ dalam mereka sebagian besar telah hilang.

Kengerian, kebiadaban macam apa yang dilakukan oleh manusia di zaman modern seperti ini? Seakan kembali mengingatkan tentang peristiwa Holocaust, atau perang di Rwanda. Tapi tampaknya ini lebih sadis dan menginjak-injak hukum perang internasional dibanding semua itu.

Mencoba netral dalam menilai dan berpikir tentang genosida yang terjadi di Palestina. Menonton semua tayangan berita, mencari sumber-sumber berita terpercaya. Bukan hanya Al Jazeera, CNN, bahkan DW, Reuters, dan semua kantor-kantor berita yang berafiliasi pada Barat dan sekutu-sekutunya. Hingga akhirnya paham mengapa Barat tak begitu tertarik membela bangsa Palestina, atau pun mengkritik pedas Israel. Sebab ternyata  tak satu pun media milik mereka menyiarkan tentang kondisi pengungsi Palestina yang tertindas. Justru yang digembar-gemborkan selalu  kondisi Israel yang teraniaya akibat peristiwa 7 Oktober silam.

Hanya AlJazeera dan beberapa kantor berita yang berani  jujur dan menayangkan kenyataan kondisi medan perang sesungguhnya. Namun sayang, Israel seakan kebakaran jenggot, hingga menutup paksa kantor berita Al Jazeera di Tepi Barat.

Tak terhitung jumlah jurnalis yang tewas di Gaza, seakan-akan akibat perang. Meski kemudian beberapa jurnalis berani buka suara, bahwa mereka sengaja diserang oleh pasukan IDF akibat meliput berita secara real tanpa tedeng aling-aling.

Dengan dalih memburu Hamas, 35 ribu nyawa warga Palestina melayang sia-sia. Seakan sebuah pembenaran bahwa melayangnya banyak nyawa akibat perang, padahal kenyataan di lapangan, tentara IDF terus menghabisi nyawa warga sipil.

Mahasiswa Amerika pun terbangun moral dan kesadaran nuraninya, hingga bangkit melakukan demonstrasi membela Palestina. Yang kemudian disusul dengan gerakan mahasiswa di banyak negara. Meski kemudian mereka dipaksa bungkam dengan tuduhan Antisemit dan Vandalisme. Jelas mereka akan menerima tuduhan itu, sebab dinilai tak tahu diri sebab bukankah kampusnya bisa berjalan karena dibiayai oleh Zionis.

Zionis yang kaya raya dan berlimpah harta, sementara apa yang bisa diharapkan dari Palestina? Apalagi saat ini negaranya relah porak poranda oleh Israel. Perlu waktu 80 tahun kebih untuk membangun kembali tanah yang habis dibombardir oleh Israel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline