Bukan tanpa resiko serangan yang ditempuh Hamas karena akan berdampak langsung pada kehidupan rakyat sipil terutama perempuan dan anak-anak sebab akan menjadi sasaran empuk Israel demi alasan memburu Hamas
Palestina melalui Hamas seakan terbangun dari tidur panjang. Setelah sekian waktu tak berdaya dan diam saja melawan penindasan yang dilakukan Israel. Maka secara mengejutkan pada hari Sabtu (7/10/2023) melakukan serangan habis-habisan terhadap negara zionis tersebut.
Sudah dapat dipastikan dunia sangat tercengang menyaksikan keberanian yang dilakukan Hamas tersebut, sebab hal ini tak biasanya terjadi. Dunia telah salah menebak bahwa Hamas telah mati suri dan tak ada gregetnya lagi. Hingga secara tiba-tiba organisasi pembebasan Palestina tersebut menunjukkan taringnya.
Israel selalu mengusik tapi tak mau diusik
Israel, tentu saja tak terima dengan seramgan roket yang dilakukan Hamas. Karena diklaim menewaskan ratusan warga Israel termasuk tentaranya. Sehingga dengan secepat kilat, Israel melancarkan serangan balik demi membalas penyerangan tersebut.
Bisa dibayangkan, ketidakseimbangan persenjataan antara kedua belah negara, yang tentu saja jauh panggang dari api. Serangan balik yang dilakukan Israel dengan peralatannya serba canggih, dan tentu saja pesawat tempur super modern. Sudah bisa ditebak lebih banyak memakan korban jiwa dari pihak Palestina.
Kemarahan Israel jelas menunjukkan sikap tidak terima karena negara dan penduduknya diusik. Sungguh bertolak belakang dengan sikap Israel sendiri yang kerap mengganggu dan merampas hak rakyat Palestina, hingga menghilangkan nyawa penduduk sipil dan anak-anak tanpa dosa. Sungguh gambaran sikap berlawanan dan sangat bertentangan dengan serangan balik yang dilakukannya.
Segala sikap dan perlakuan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama sekian waktu seakan didiamkan dan tak mendapat banyak kecaman dari dunia. Propaganda dan kekuatan negara zionis yang mendapat pembelaan penuh dari Amerika, jelas menunjukkan ketimpangan, yang tentu saja membuat Palestina terseok-seok sendiri menahan luka penderitaannya dalam kangkangan negara penjajah.
Namun ternyata, selama sekian waktu penderitaan yang dirasakan Palestina, ternyata kian menebalkan kekuatan mental. Hingga mengasah kecerdikan strategi perang gerilya demi melawan penjajah yang selalu tak terkalahkan.
Dibanding Ukraina yang senantiasa mendapat bantuan senjata dan obat-obatan dari sekutu-sekutunya. Jelas nasib Palestina berbanding terbalik, sebab negara ini harus berjuang sendiri di atas sentimen persekutuan ala kulit putih.
Serangan balik yang dilakukan Israel meluluhlantakkan infrastuktur penting milik Palestina. Tempat-tempat vital untuk menolong mereka yang terluka justru dibombardir habis-habisan. Rumah sakit dan tenaga medis juga tak luput dari serangan tersebut, seakan tak memberi kesempatan sedikit pun bagi warga Palestina untuk hidup kembali setelah dibombardir.