Berikut lima hal yang tidak akan dilakukan guru profesional agar menjadi panutan bagi siswa-siswanya, apa saja ya?
Bukan rahasia lagi bila guru profesional menjadi idaman semua siswa. Cara mengajarnya yang berbeda dari yang lain, membuat kehadirannya selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa.
Semua orang bisa menjadi guru, namun tak semua guru mampu menjadi seorang pengajar profesional. Bahkan terkadang, meskipun tingkat pendidikan sangat tinggi, tapi belum tentu cara mengajarnya menarik di mata siswa.
Profesional ditentukan tingginya tingkat pendidikan?
Saya pernah menjumpai seorang guru sukarelawan di pedalaman, cara mengajarnya sangat disukai siswa-siswanya. Hal tersebut terjadi bukan karena siswa di daerah pedalaman sangat memerlukan guru, sehingga guru ini disukai, namun memang daya tariknya saat mengajar bagai magnet yang menyedot perhatian siswa-siswanya, sangat mumpuni.
Bak pendekar silat, sang guru menguasai berbagai metode menarik, sehingga pengajaran yang diberikan memiliki nilai plus di mata siswa. Dan yang paling mengejutkan, ternyata dia bukan seorang sarjana, hanya lulusan sekolah mengah pertama, tapi jangan ditanya pengalamannya dalam memberikan ilmu.
Kecakapannya menyedot perhatian siswa, bagai magnet yang terus lengket. Sehingga ketika siswa telah menamatkan pelajarannya, mereka tak pernah melupakan ciri khas sang guru, yang tentu saja memiliki jurus-jurus tertentu, sulit dilupakan, sebab berbeda dengan guru-guru lainnya.
Tampaknya kita harus berendah hati bercermin pada guru yang tak sempat mengenyam pendidikan tinggi tapi profesional tersebut. Sehingga ketika kita sadar diri, maka tidak akan ada sikap menyombongkan ketinggian tingkat pendidikan apabila kenyataan di lapangan, cara kita mentransfer ilmu tidak pernah membekas di hati siswa dan membentuk karakternya.
Lima hal yang tidak akan dilakukan guru profesional
Guru profesional dengan ilmunya, ibarat chef yang memilki pisau, piawai mempergunakannya untuk meramu beragam masakan, sehingga memikat lidah para penikmatnya. Namun bagi yang tidak profesional. Jangankan untuk meramu beragam masakan, justru pisau dapat melukai pelanggan, atau bahkan melukai jarinya sendiri. Akibatnya tak ada lagi yang menyukai cara si chef meramu masakannya.