Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Kompor Listrik, Perubahan Wujud Wong Cilik Menjadi Wong Sugih

Diperbarui: 22 September 2022   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konversi tabung gas 3 kg ke kompor listrik (pic: tribunpontianak.co.id)

Setelah di saat silam kebijakan konversi minyak tanah ke tabung LPG 3 kg membuat harga minyak tanah meroket hingga kemudian menghilang maka tidak menutup kemungkinan  konversi tabung LPG 3 kg ke kompor listrik akan membuat harga gas melon melambung kemudian langka dan menghilang juga

Selama sekian dekade kompor listrik identik dengan kemewahan, sehingga hanya identik dengan orang-orang kaya saja. Namun seiring wacana pemerintah yang akan mengkonversi tabung gas 3 kg ke kompor listrik, maka secara perlahan kompor listrik turun pamor, meredup gengsinya seiring waktu.

Pemerintah dengan program energy strategy dan energy policy, terkesan kaya-raya dan sangat mulia dengan membagi-bagikan kompor listrik yang notabene mewah untuk masyarakat miskin. Pemerintah ibarat Robinhood, dengan PLN sebagai penyandang dana kompor listrik, dan rakyat kecil sumringah menerimanya.

Masyarakat miskin yang terbuka peluang mencari uang akan makin kreatf dan mandiri dengan cara program kompor listrik, namun bagi yang tidak memiliki peluang, maka setelah  kompor listrik diterima, bisa jadi malah mendatangkan persoalan baru.

Over supply listrik

Kita berusaha memahami niat baik pemerintah dengan membagi-bagi kompor listrik gratis, dengan alasan menekan biaya impor gas LPG sebab mengakibatkan biaya pengeluaran negara meningkat. 

Namun di satu satu sisi bingung juga, bukankah negara kita juga penghasil LPG, lalu kenapa harus impor ya? Mungkinkah terjadi carut-marut masalah energi hingga akhirnya harus membeli sesuatu padahal di satu sisi kita memilikinya?

Masalah pembagian kompor listrik gratis benar-benar menunjukkan kemampuan finansial negara dan adanya tujuan mulia, sehingga pemerintah rela membagi-bagi kompor listrik yang biasanya hanya dimiliki kaum borjuis tersebut. 

Beragam latar belakang penyebab pemerintah membagikan kompor listrik, yang bila kita tarik benang kusutnya adalah masalah over supply listrik, itu saja. Nah cara pemecahannya adalah harus menyalurkannya, yakin cuma gratis? Impossible. 

Tapi seandainya memang gratis, maka bisa kita bayangkan betapa luar biasa dermawan dan baiknya pemerintah. Jika memang demikian kenyataannya, maka wong cilik tidak perlu lagi 'nyolong-nyolong bin nyantol listrik' hingga menyebabkan kebakaran akibat arus pendek.

Wong cilik yang akan mendapat jatah kompor listrik gratis, tengah menjadi pembicaraan hangat di negeri ini. Kita bisa membayangkan betapa bahagianya mereka mendapat jatah kompor listrik, itu berarti taraf kehidupan mereka akan meningkat, sebab hanya wong sugih saja yang biasanya memakai kompor listrik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline