Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Ini Dia! Sang Calon Ahli Kebiri Hewan Liar Universitas Brawijaya

Diperbarui: 3 September 2022   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fernando sang calon ahli kebiri hewan Universitas Brawijaya (pic: istimewa)

Kisah hewan di jalanan seperti kucing ataupun anjing liar adalah kisah mengenaskan, mereka menahan luka lara hingga tak merasakan lagi penderitaannya sebab mereka tahu tak akan ada hasil yang didapatkan kecuali bagi manusia yang masih memiliki nurani

Terkadang seseorang melakukan sesuatu berdasar egonya tanpa memikirkan hati dan perasaan orang lain. Akibatnya dalam menyikapi suatu permasalahan sering berbeda cara dalam menyelesaikan.

Demikian juga dengan peristiwa penembakan kucing liar di Sesko Bandung yang dilakukan seorang Jenderal beberapa waktu lalu. Mungkin bagi sang penembak hal tersebut dapat diterima oleh akalnya, sebab demi alasan kebersihan lingkungan. Namun disisi lain, perbuatannya tak dapat diterima karena dianggap menyalahi norma-norma dan nilai kemanusiaan, sehingga terkesan tak punya nurani, sebab sampai hati membantai makhluk kecil lemah tak berdaya hanya karena dekil dan lapar.

Penyebab adanya hewan liar di jalanan

Hewan seperti kucing dan anjing, umumnya telah jamak menjadi sahabat manusia, sehingga akrab dengan kehidupan manusia. Tetapi karena berbagai alasan, membuat mereka dibuang begitu saja ke jalanan, akibatnya mereka dipaksa berlatih mencari makan sendiri. Hingga kemudian beranak pinak dan menyandang sebutan hewan liar, hewan jalanan, dan lain sebagainya.

Bukan tanpa alasan bila hewan-hewan tersebut harus menggelandang dan liar di jalanan, sebab ada beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah:

Keegoisan pemilik awal

Pada mulanya mereka bukanlah hewan liar di jalanan, namun karena alasan tertentu, sang pemilik membuangnya di jalanan. Alasan seperti beranak terus, si pemilik tak sanggup memberi makan, buang air atau kotoran sembarangan, membuat sang pemilik mengambil jalan pintas membuangnya.

Entah pola pikir apa yang dilakukan pemilik hewan seperti ini. Dia mengira bahwa dengan cara yang ditempuhnya akan dapat menyelesaikan permasalahan. Mungkin memang benar menyelesaikan permasalahan, namun  hanya permasalahan pribadinya sendiri, sebab orang tersebut tidak berpikir jangka panjang tentang hal-hal yang akan terjadi setelah peristiwa pembuangan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa pemilik awal adalah seorang dengan tipe egois, membuang permasalahan yang dihadapinya ke jalanan, tanpa pernah berpikir jika  korban keegoisannya akan menghadapi masalah baru. Misal si hewan menjadi kelaparan, kedinginan, atau mati mengenaskan tertabrak mobil, sayangnya si egois tidak berpikir sejauh itu, sebab dalam pola pikirnya, yang penting dia bebas dari beban.

Demi sesuap nasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline