Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

3 Cara Mudah Membedakan Perusahaan Pailit atau Pelit

Diperbarui: 6 Mei 2022   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perusahaan dengan omzet naik (pic:pizzatime.info)

Tulisan berikut merupakan pegangan penting bukan hanya bagi karyawan namun juga bagi pemilik perusahaan tentang untung rugi serta manfaat memahami sikap perusahaan terhadap kelanggengan moral karyawan yang dapat menaikkan omzet perusahaan

Bagi seorang karyawan, bekerja di sebuah perusahaan bonafit pastilah sangat  membanggakan. Demikian juga bagi pemilik perusahaan, memiliki perusahaan bonafit, ditambah dengan karyawan solid, apalagi omzet naik terus, tentunya sangat diharapkan. 

Sebonafit apa pun sebuah perusahaan, namun jika kurang mampu menjamin kesejahteraan moril dan materiil karyawan, tentunya menimbulkan pertanyaan, apakah memang perusahaan itu pailit ataukah pelit.

Tulisan di bawah ini merupakan pegangan penting, bukan hanya bagi karyawan, namun juga bagi pemilik perusahaan, tentang untung rugi serta manfaat memahami sikap perusahaan terhadap kelanggengan moral karyawan perusahaan.

Terkadang ada juga pemilik perusahaan yang sangat memperhatikan kebutuhan moril dan materiil karyawan, namun justru para bawahan yang menjadi tangan kanan owner, pelitnya lebih kebangetan dari pemiliknya. Sehingga mendatangkan penderitaan lahir-batin bagi karyawan.

Berikut cara mudah untuk membedakan apakah sebuah perusahaan dalam kondisi ngos-ngosan karena mendekati pailit alias bangkrut, ataukah justru pelit:

Sikap menghadapi problem karyawan

Selalu memaksa karyawan untuk menutupi kekurangan perusahaan secara kecil-kecil, bahkan tega membuat karyawan kecil tekor, padahal dari pengeluaran yang kecil-kecil itu justru dapat mendatangkan pengeluaran lebih besar lagi.

Contoh paling mudah, adalah saat fasilitas transportasi yang dimiliki karyawan, misal mobil mengalami gangguan AC, biasanya perusahaan pelit akan menyuruh karyawannnya utnuk memperbaikinya di bengkel-bengkel kurang bonafit sebab tarifnya lebih murah. Padahal ke depannya bisa jadi bengkel yang tidak berpengalaman justru akan mendatangkan beragam permasalahan lainnnya.

Berbeda dengan perusahaan bonafit yang lebih mendahulukan kualitas, biasanya akan menyarankan untuk bengkel bonafit, namun jika perusahaan tersebut mendekati pailit maka boleh jadi melakukan hal yang sama dengan perusahaan pelit, meskipun jarang ditemukan.

Saat kemudian terjadi berbagai permasalahan beruntun terhadap mobil karyawan, yang merembet kemana-mana, maka perusahaan pelit akan mempersulit karyawannnya dalam mengkomplain hal-hal tersebut, sehingga karyawan mengalami beban materiil dan moril yang parah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline