Presiden Rusia Vladimir Putin saat berpidato di Kremlin, Moskwa, Senin (21/2/2022).(AFP/ALEXEY NIKOLSKY)
Dalam menginvasi Ukraina tampaknya Rusia meniru propaganda dan strategi Amerika saat mengacak-acak Irak, Libya, dan beberapa negara Timur tengah lainnya
Secara mengejutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus terhadap Ukraina. Akibatnya rudal-rudal Rusia menghujani beberapa kota di Ukraina. Sebelumnya, Baku tembak terjadi di dekat pelabuhan utama, ditambah suara ledakan menjelang dini hari di Kiev, hingga hari ini sudah tujuh kota di Ukraina dibombardir.
Menurut Ukraina, rombongan pasukan militer Rusia bergerak melintasi perbatasan menuju ke arah timur wilayah Chernihiv, Kharkiv, dan Luhansk. Sementara pasukan lainnya tiba dari laut di Odessa dan Mariupol bagian selatan. Konflik Rusia-Ukraina kian memanas.
Keahlian konspirasi mantan intelejen
Rusia, dengan percaya dirinya menyebut bahwa tindakannya menyerbu Ukraina adalah untuk melindungi rakyat sipil di dua tempat. Padahal sebelumnya kita tahu bahwa Rusia sengaja mendukung pemberontakan dari golongan separatis di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk demi memudahkan pencaplokan kembali Ukraina, sebagaimana mudahnya mencaplok Krimea dahulu.
Sebagai mantan anggota intelejen Rusia KGB, tentu saja segala tindak tanduk, tingkah laku, dan juga keputusan yang diambil Presiden Rusia, Vladimir Putin sudah pasti berdasar tujuan tertentu. Yang tentunya terstruktur, sistematis, rapi, dan terencana.
Tampaknya Rusia sangat berharap dunia mengamini tuduhannya, bahwa Ukraina sebagai pecahan Uni Soviet, meskipun berani memerdekakan diri sendiri, namun ternyata memiliki permasalahan kekejaman pelik di negaranya sendiri, yakni melakukan kejahatan kemanusiian dan genosida terhadap warganya sendiri.
Sebuah rekayasa propaganda Rusia, setelah sebelumnya Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk. Apa yang direncanakan mantan intelijen KGB selain membuat Ukraina keteteran dua kali lipat, menghadapi hantaman separatis dari dalam negeri, dan juga serangan luar wilayahnya, yaitu Rusia.