Secangkir Bumi dalam Panas
oleh: Falah Yu
Di masing- masing tegukan kopi pagi, hangat menyelimuti
Bumi meringik, sebab panas terus membara
Keringatnya mengucur, bagaikan uap dari cawan hitam
Meneteskan rasa getir yang tidak sempat hilang
Hutan rimbun berganti, jadi abu serta bara
Merindu hijau dedaunan, yang saat ini tinggal ceritaSecangkir kopi malam, mengiringi malam yang gelisah
Panas bumi tak kunjung surut, menciptakan keresahan
Aromanya memudar, bagai harapan tanpa perubahan
Tetapi masing- masing tegukan, terdapat kehangatan yang mau disimpan
Bersama mimpi serta doa, menanti pagi yang lebih sejuk
Sebab rindu akan bumi yang hijau, selalu menyala dan tak pernah padam
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H