Lihat ke Halaman Asli

Falah Yu

ngajar

Benarkah Media Sosial Pemicu Doom Spending Ibu Rumah Tangga?

Diperbarui: 19 Oktober 2024   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Ibu Pulang Belanja via Imagine AI bay FalahYu 

Doom spending adalah fenomena di mana seseorang, khususnya ibu rumah tangga, mengeluarkan uang secara berlebihan pada barang-barang yang tidak diperlukan sebagai respons terhadap situasi ketidakpastian ekonomi atau tekanan psikologis. Media sosial berperan penting dalam mempengaruhi perilaku belanja tersebut.
Perilaku doom spending ini tidak hanya berdampak pada pengeluaran seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Ketika banyak ibu rumah tangga melakukan belanja impulsif, hal ini dapat menciptakan gelembung konsumsi yang berpotensi berbahaya dalam jangka panjang. Sebuah studi oleh Bank Indonesia (2022) menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi yang tidak terencana dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, terutama jika diikuti oleh penurunan daya beli masyarakat.
Ibu rumah tangga sering kali membagikan pengalaman mereka berbelanja sebagai cara untuk mengatasi stres atau kecemasan. Hal ini dapat menciptakan efek berantai, di mana satu pengalaman positif dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan (2023), 45% ibu rumah tangga mengaku berbelanja lebih banyak setelah melihat postingan teman atau influencer di media sosial.

Bagaimana Media Sosial Mendorong Doom Spending?

Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pengambilan keputusan belanja. Platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok menawarkan berbagai konten yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, terutama di kalangan ibu rumah tangga. Survei yang dilakukan pada bulan April 2021 oleh We Are Social memperlihatkan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap aktivitas belanja online yang terbukti dengan jumlah cukup besar yaitu 88,1% pengguna internet di Indonesia menggunakan e-commerce untuk membeli barang secara online (Lidwina, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa media sosial berfungsi sebagai sumber informasi yang kuat yang dapat mendorong perilaku doom spending. Cara- cara media sosial mendorong doom spending adalah :

1. Iklan yang ditargetkan. Sebuah studi oleh Statista (2023) menunjukkan bahwa 70% pengguna media sosial di Indonesia merasa terpengaruh oleh iklan yang mereka lihat di platform tersebut. Ini menunjukkan bahwa pemasaran yang efektif di media sosial dapat mendorong ibu rumah tangga untuk membeli produk yang mungkin tidak mereka butuhkan.

2. Gaya Hidup influencer. Banyak ibu rumah tangga mengikuti influencer yang membagikan gaya hidup mereka, termasuk produk yang mereka gunakan. Sebuah survei oleh Influencer Marketing Hub (2022) menemukan bahwa 65% konsumen lebih cenderung membeli produk setelah melihatnya dipromosikan oleh influencer. Hal ini menunjukkan bahwa rekomendasi dari influencer dapat menciptakan rasa urgensi untuk membeli, yang sering kali berujung pada doom spending.

3. Group Komunitas Ibu-Ibu. Ibu rumah tangga sering kali berbagi pengalaman dan rekomendasi produk di grup atau forum online. Menurut penelitian oleh Pew Research Center (2021), 50% ibu rumah tangga yang aktif di media sosial merasa lebih terhubung dengan orang lain, dan ini dapat mempengaruhi keputusan belanja mereka. Ketika melihat teman atau anggota komunitas mereka membeli barang-barang tertentu, mereka mungkin merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama, meskipun barang tersebut tidak diperlukan.

Apa Dampak Doom Spending Terhadap Keuangan Keluarga ?

Doom spending dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keuangan keluarga, terutama bagi ibu rumah tangga yang menjadi pengelola utama anggaran rumah tangga. Pengeluaran yang tidak terencana dapat mengganggu keseimbangan keuangan dan menyebabkan masalah keuangan jangka panjang. Menurut laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2022), sekitar 30% keluarga di Indonesia mengalami masalah keuangan akibat pengeluaran yang tidak terencana, yang sering kali dipicu oleh perilaku doom spending. Dampak-dampak dari doom spending adalah :

1. Menambah utang. Ibu rumah tangga yang tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan sering kali menggunakan kartu kredit atau pinjaman online untuk memenuhi keinginan tersebut. Data dari Bank Indonesia (2023) menunjukkan bahwa penggunaan kartu kredit di kalangan ibu rumah tangga meningkat sebesar 25% selama pandemi, yang menunjukkan bahwa banyak dari mereka beralih ke utang untuk mendukung perilaku belanja impulsif.

2. Stres dan Cemas. Ketika pengeluaran melebihi pendapatan, keluarga dapat terjebak dalam siklus utang yang sulit untuk diatasi. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Psikologi Indonesia (2022), 40% ibu rumah tangga melaporkan mengalami stres akibat masalah keuangan, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan keluarga.

3. Mengganggu keuangan keluarga. Banyak ibu rumah tangga yang memiliki rencana untuk menabung untuk pendidikan anak, dana darurat, atau investasi masa depan. Namun, dengan pengeluaran yang tidak terencana, rencana tersebut sering kali terabaikan. Sebuah studi oleh Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (2023) menemukan bahwa 60% ibu rumah tangga tidak dapat mencapai tujuan keuangan mereka akibat perilaku belanja impulsif. Maka penting bagi ibu rumah tangga untuk menyadari dampak doom spending terhadap keuangan keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline