Cut Mursiyah Dewi, akrab disapa Dewi, lahir pada 15 Mei 2001 di Bekasi. Dia berasal dari keluarga religius dan pendidikan yang ketat. Pendidikan ini dilakukan oleh ayahnya. Kakak laki-laki yang sangat disiplin.
Dewi adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Dia dibesarkan untuk menjadi wanita yang berpikiran kuat dalam menghadapi krisis dalam hidupnya.
Meski orang mengatakan bahwa anak terakhir selalu dimanjakan oleh orang tuanya, namun orang tua mereka melihat bahwa dunia luar akan lebih kejam sehingga sejak kecil Dewi tidak pernah belajar menjadi lemah ketika mendapat pukulan dalam hidupnya.
Pendidikan Dewi diselesaikan dengan baik.
Dewi menempuh pendidikan SD di SDN Setia Mekar 03 (2007 - 2013), kemudian melanjutkan pendidikan di Pesantren Modern Daarul Mughni Almalikii Bogor (2013-2019). melewati banyak kesulitan karena dia harus beradaptasi dengan orang baru dari kota mana pun.Tidak sampai di situ, usaha Dewi untuk mendapatkan gelar sarjana dengan menjadi mahasiswa
Universitas Islam Bekasi 45 (2019 - sekarang) yang sudah memasuki semester lima.
Orang tua Dewi hanya lulusan perguruan tinggi. anak untuk menjadi unggul dalam keluarganya dengan memperoleh gelar sarjana. Namun, ia tetap menjadi orang yang berkualitas dan memiliki pola pikir yang kuat.
Berbagai keberhasilan Dewi dimulai di sekolah dasar. Dikenal sebagai anak yang aktif mengikuti kegiatan sekolah dan juga aktif di koran Bekasi Radar saat itu, ia mengikuti lomba pramuka.
Dewi pernah dua kali menjuarai lomba pramuka dengan meraih juara 1 tingkat kabupaten Bekasi di sekolah Yadika 13 dan juara 3 Danton terbaik saat bertanding di SMK BKM 2 Bekasi juga aktif mengikuti kegiatan PASKIBRA dan Pramuka serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya, dapat terlihat sikapnya yang antusias dan profesional.
Dimana Dewi tahu ketika kelas Aliyah atau disebut juga SMA menjadi ketua bagian dokumentasi website dan komputer di salah satu divisi kepengurusan dalam 1 periode (2017 - 2018).Kegiatan yang sangat padat karena di setiap acara selalu disibukkan dengan pengurusan anggotanya,
Dewi terus serius berlatih Pramuka hingga akhirnya mendapatkan juara. Graffiti, juga sering menyalurkan bakat vokalnya seperti sholat di masjid, menjadi perintah ustadz membaca atau mengaji di masjid setiap Ramadhan.
Memasuki fase remaja, Dewi mulai diajarkan sikap profesionalitas dalam mencari uang oleh ibunya. Ibunya mempunyai dua toko warung sembako yaitu dirumahnya dan satu di cibitung.