Bullying telah menjadi hal yang tidak asing lagi, bahkan perilaku tersebut sudah marak terjadi khususnya di lingkungan sekolah. Padahal sekolah menjadi rumah ke dua bagi sang anak, yang mana seharusnya mereka mendapatkan tempat yang nyaman untuk berlindung. Namun pada kenyataannya sudah banyak kasus bullying di sekolah yang beredar, hingga dapat menyebabkan korban bullying bunuh diri.
Aksi bullying tidak dapat diremehkan, sebab perilaku tersebut dapat berdampak buruk pada prestasi akademis, kehidupan sosial, serta kesehatan mental dan fisik anak.
Sebagai korban bullying tentu saja akan merasa berada pada kondisi yang terpuruk. Adapun terkadang pelaku bullying mengira bahwa mereka tidak bersalah sebab mereka melakukan aksi tersebut hanya sebatas bercandaan atau lelucon.
Hal tersebutlah yang membuat mereka tidak menyadari bahwa aksi yang dilakukan telah menyakiti perasaan korban. Kebanyakan pelaku bullying juga tidak menyadari akibat dari perbuatan mereka.
Tak jarang korban bullying kerap menjadi tidak percaya diri, menyimpan dendam, hingga menjadi pendiam bahkan tak jarang korban menjadi trauma hingga depresi atas perilaku bullying yang pernah diterimanya.
Maka dari itu, penting adanya untuk memahami karakteristik pelaku bullying pada anak dan cara mengatasinya.
Beberapa karakteristik pelaku bullying dikutip dari Rigby dalam (Nurida, 2018) yakni :
- Kemampuan emosional tidak matang
- Kurang mampu berhubungan baik dengan sekitar
- Kurangnya empati diri
- Suasana hati gampang berubah
- Pemarah serta impulsif
- Tidak mempunyai perasaan bersalah ataupun penyesalan
Adapun beberapa sifat-sifat pelaku perundungan menurut Olweus dalam (Ayuni, 2021) yakni :
- Memiliki kemampuan yang kuat dalam mengontrol serta menikam orang lain.
- Gampang marah
- Pembangkan serta agresif terhadap orang lain
- Tidak perduli atau tidak memiliki rasa empati terhadap korban
- Memiliki fisik yang kuat dari teman-temannya
- Suka menganggu teman
- Senang beraksi menggunakan fisiknya
Adapun pendapat Coloroso dalam (Afiyani et al., 2019) terdapat 10 karakteristik pelaku bullying yakni:
- Senang menonjolkan diri
- Senang memberdayakan orang lain demi memperoleh hal yang diinginkan
- Kesulitan memandang kondisi melalui sudut pandang orang lain
- Acuh terhadap kebutuhan, hak-hak, serta perasaan orang lain, tak lain hanya peduli pada dirinya sendiri
- Cenderung melukai temanya ketika tidak didampingi orang tua maupun guru
- Menganggap bahwa teman-temannya sebagai mangsa
- Menggunakan kesalahan, kritikan, serta tuduhan yang salah guna memproyeksikan ketidakcakapan mereka pada targetnya
- Lepas tanggung jawab pada setiap tindakannya
- Tidak memiliki bayangan masa depan
- Haus perhatian atau kasih sayang.
Adapun terdapat beberapa cara untuk menangani terjadinya perilaku bullying. Menurut (Nandy, 2021) yakni :
- Tetap percaya diri serta melalui aksi perundungan dengan berani.
- Simpan bukti bullying untuk dilaporkan pada orang dewasa yang dekat serta terpercaya
- Jangan pernah takut melapor, meskipun diancam oleh pelaku, karena mengancam juga termasuk aksi kriminal.
- Bergaul bersama teman-teman yang mampu meningkatkan rasa percaya diri serta senantiasa berpikir positif.
- Tetap berpikir positif, tetaplah jadi diri kalian sendiri serta lawan rasa takut kalian dengan rasa percaya diri.
Adapun menurut Ayoe Sutomo dalam (Tashandra, 2020) menjelaskan hal-hal yang dapat diupayakan orangtua agar anaknya dapat jauh dari perundungan, yakni :
- Menciptakan konsep diri yang baik
- Dukung minat serta bakat anak
- Ajarkan anak agar dapat mengatakan 'tidak'
- Beri dukungan penuh
- Mencegah anak menjadi pelaku
- Bangun rasa empati pada anak